BLITAR, Tugujatim.id – Beberapa tahun terakhir, bisnis di bidang kuliner di Indonesia cukup berkembang dan mendominasi. Setelah “demam” kedai kopi melanda, giliran bisnis angkringan mulai menjamur di berbagai daerah.
Awalnya bisnis angkringan banyak ditemui di Yogyakarta maupun Solo. Nama angkringan pun tidak asing lagi bagi wisatawan yang mengunjungi kedua kota tersebut. Kini bisnis angkringan melebarkan sayapnya ke kota-kota lain di Indonesia.
Angkringan itu sendiri merupakan salah satu bentuk konsep penjualan makanan maupun minuman yang biasanya berupa warung bergerobak dengan tenda sederhana dan waktu operasional dari sore hingga malam hari, bahkan hingga dini hari.
Bisnis angkringan ini juga salah satunya ada di Kota Blitar. Namanya Angkringan “Time” di Jalan Sumatera No 112, Karangtengah, Sananwetan, Kota Blitar. Terletak di pusat kota, angkringan tersebut memiliki akses yang mudah dan terjangkau. Angkringan “Time” diinisiasi oleh tiga sekawan, yakni Pijar, Susilo, dan Adi pada April 2021.
“Berangkat dari kongkow bareng, ngopi, dan ngobrol ngalor-ngidul, tercetuslah ide untuk ekspansi usaha dengan membuka angkringan yang sedang tumbuh dan berkembang,” ungkap Adi.
Alumnus Sastra Inggris Universitas Negeri Malang (UM) tersebut juga menyebutkan, setahun belakangan, usaha angkringan mulai jadi perhatian masyarakat Kota Blitar dan sekitarnya. Usaha yang menyediakan olahan masakan, tusukan, dan bakaran khas Yogyakarta ini digiati karena menyeser pasar yang luas dengan modal yang cukup terjangkau. Prospek usaha ini juga terlihat menjanjikan dengan persentase keuntungan bisa mencapai 200% dari modal awal.
“Usaha angkringan dalam sektor food and beverage di Kota Blitar memang terhitung masih dalam tahap percobaan, tapi tidak menutup kemungkinan untuk terus berkembang. Berkiblat dari model usaha sejenis, yaitu angkringan Yogyakarta, sejauh ini terlihat bahwa jumlah angkringan di Kota Blitar terus bertambah seiring berjalannya waktu,” imbuhnya.
Menjamurnya angkringan di Blitar tidak lain dipengaruhi oleh perkembangan media sosial. Eksposur tentang konten-konten ide bisnis dan peluang usaha, terutama di bidang food and beverage, yang tersebar di media sosial tampaknya membuka mata anak muda dan pebisnis untuk melirik usaha angkringan.
“Sedikit jenuh dengan ide usaha kafe dan warung kopi, kami mulai mengamati kebutuhan sekitar dan melirik konsep ‘angkringan naik level’. Sederhananya, kami berkeinginan untuk membawa suasana angkringan yang hangat dan ramah dengan mempromosikan menu-menu khas angkringan sekelas kafe dengan harga yang masuk akal,” tandas pemuda kelahiran Blitar tersebut.
Selain itu, kebutuhan akan tempat berkumpul juga merupakan faktor penting dalam pengembangan usaha angkringan di Kota Blitar. Setelah diserang gelombang pembukaan kafe dan tempat ngopi yang tersebar di mana-mana, angkringan merupakan alternatif bagi pasar yang mulai jenuh dengan tempat berkumpul berbasis kafe dan menu yang “itu-itu saja”.
“Dengan sedikit riset, kami meyakini bahwa konsep angkringan kami lebih segar dan potensial untuk menarik pasar yang sedang gandrung menikmati menu angkringan sambil nyangkruk. Konsep dan semangat ‘angkringan naik level’ ini akan kami cerminkan setidaknya dalam 4 hal. Yaitu, desain, tempat, menu, dan pelayanan,” ujarnya.
Selain menyajikan menu olahan makanan khas angkringan, Angkringan “Time” juga menyediakan berbagai olahan kopi seperti kopi susu kekinian, cappuccino, latte, dan manual brewing. Meski berlokasi di pinggir jalan dan menggunakan gerobak, Angkringan “Time” jauh dari citra kumuh. Bahkan, kru Angkringan “Time” menggunakan apron dalam pelayanannya.
Suasana yang santai, harga menu yang murah, dan pelayanan yang “merakyat” menjadi daya pikat tersendiri dari angkringan. Tak hanya “wong cilik” saja, kini angkringan menjadi tempat hiburan dan bercengkerama masyarakat segala kalangan.