Tugujatim.id – Ngopi, diskusi, dan secangkir kopi menjadi satu kesatuan dalam ruang silaturahmi para mahasiswa. Membahas isu daerah, kampus, ataupun problematika sosial yang tengah terjadi.
Kali ini saya ingin mengulas tulisan di rubrik The Power of Silaturahim. Sebab, ada pengalaman unik bersaman teman-teman semasa kuliah mengenai silaturahmi. Mungkin bisa menjadi semacam pembelajaran kita bersama.
Saat menempuh Pendidikan perguruan tinggi di salah satu kampus di Tuban saya mengenalnya, Ahmad Syifyani Khan (36) yang kerap kami memanggilnya Pak Yani. Pria bertubuh besar asal Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban itu selalu menjadi pusat perhatian sebab selalu mengundang tawa dan jok-joknya selalu saja segar.
Tepat pada 14 Juni 2021, waktu yang lalu saya dan ia bertemu kembali di sebuah warung kopi di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban. Mungkin sudah hampir empat sampai enam bulan yang lalu tidak bertemu. Seperti biasa, jika bertatap muka bersamanya. Canda tawa pasti dibahas, karena memang pria yang masih jomblo ini periang dan kocak.
Pada kesempatan itu, dengan mimik serius ia bercerita jika dulu ketika masih di salah satu pondok pesantren di daerah Lasem, Kabupaten Rembang. Provinsi Jawa Tengah. Ia kerap kali kehabisan sangu.
Hanya bisa menunggu waktu makan yang diberikan pondok tak bisa jajan. Namun karena sikap ramah dan kerap kali bermain ke rumah semua teman yang ada di sekitar pondok alias anak rumahan yang hanya sekolah tapi tidak mondok.
Setiap hari waktu kehabisan pesangon, ia pun bergilir ke rumah semua teman-temannya. Alhasil hingga semua keluarga dari temannya sangat akrab.
Lima tahun setelah keluar dari pondok ia tengah melakukan perjalanan ke Jakarta Timur, sebab ada pekerjaan penting. Naas saja ketika di terminal ia tiba-tiba kehilangan dompet dan tidak bisa pulang. Lalu ia rebahan di musholla. Entah datangnya dari mana tiba-tiba ada yang menepuk kakinya.
“Yani?.” Panggil seseorang kepadanya.
“Iya. Kamu siapa?,”jawabnya
“Aku Si Mad adek e Alim koncomu nek pondok,” ucap laki-laki di sampingnya itu.
“Oalah ..” gumamku sambil mencari-cari kembali ingatan masa lalunya.
Mereka mengobrol panjang lebar dan akhirnya Alim memberikan uang untuknya untuk naik bus.
Dari cerita ini, dari kebiasaan Yani berkunjung ke rumah teman-temannya akhirnya ia kenal dengan semua keluarga teman-temannya. Siapa sangka jika Mad asli orang Rembang dan tiba-tiba muncul di Jakarta. Meskipun Mad bukan teman Yani secara langsung.
Mungkin itu sedikit kisah dari saya. Semoga bermanfaat dan jangan pernah lupa untuk tebar silaturahmi ke siapapun.