TRENGGALEK, Tugujatim.id – Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhammad Natanegara menyambut baik upaya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rangka meminimalisasi kecelakaan laut dan mitigasi bencana dengan menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), Rabu (07/10/2010) di Balai Desa Munjungan.
Kegiatan sekolah lapang ini sendiri digelar karena tingginya angka kecelakaan laut di wilayah perairan Munjungan, sekaligus potensi bencana di Trenggalek yang cukup tinggi. Harapannya dengan adanya bekal ilmu sekolah lapang ini, para nelayan maupun stakeholder terkait mampu mengenali kondisi cuaca yang ada.
Lantaran dengan mengabaikan cuaca, maka akan berisiko terjadinya kecelakaan laut. Selain itu, kadang nelayan lebih mengandalkan ilmu titen dibanding dengan pendekatan teknologi.
Dengan kedatangan BMKG di Munjungan diharapkan Wabup Syah ada transfer ilmu terkait pemahaman cuaca kepada nelayan. Dengan begitu selain dapat menghindarkan kecelakaan laut, juga diharapkan mampu meningkatkan tangkapan ikan.
Sedangkan terkait kebencanaan, pemerintah dan masyarakat lebih memiliki kesigapan dalam meminimalisasi dampak bencana maupun meminimalisasi korban dari kejadian bencana alam.
“Kegiatan ini sangat kami butuhkan guna meningkatkan pemahaman cuaca dan iklim kepada nelayan, penyuluh, dan dinas terkait,” ungkap mantan anggota DPRD Trenggalek itu mengawali sambutannya.
Dukungan, kerja sama, sinergi, dan kolaborasi dalam membangun sektor kelautan dan perikanan di Trenggalek.
“Potensinya sangat luar biasa, baik perikanan tangkapnya, budi daya maupun pengolahan hasil perikanan hingga kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan,” imbuhnya.
Beberapa program strategis yang dilaksanakan di Trenggalek tentunya sangat mendukung percepatan. Di antaranya jalur lintas selatan, Kawasan Minapolitan, Pelabuhan Niaga, Kawasan Selingkar Wilis, dan lain-lainnya.
“Saya yakin dengan sinergitas semua pihak, sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing, kemajuan sektor perikanan di Trenggalek akan tercapai,” tandasnya.
Sedangkan Kepala BMKG Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD dalam kegiatan ini menuturkan, ini merupakan kegiatan rutin yang sering digelar BMKG di seluruh wilayah Indonesia.
“Pertama adalah untuk keselamatan para nelayan. Terutama saat mencari ikan, sering terjadi kecelakaan. Dulu ada ilmu titen, musim musim tertentu bisa melaut,” tuturnya.
Dia mengatakan, ilmu titen ini sudah kacau akibat perubahan iklim. Sehingga saat ini kita perlu melakukan observasi yang lebih tetap dan tepat.
“Dari observasi itu menghasilkan satu prakiraan cuaca maupun tinggi gelombang yang harus segera diinformasikan kepada para nelayan,” imbuhnya.
Pelatihan ini lebih kepada memahami cuaca dan gelombang. Ada beberapa teknologi yang bisa dipahami para nelayan agar mampu merencanakan melaut kapan. Informasi ini akan disampaikan paling tidak 3 hari sebelum kejadian dan perubahannya bisa seketika disampaikan. Sehingga para nelayan diajarkan terampil membaca perkembangan informasi cuaca lewat mobile phone.
“Yang kedua informasi terkait di mana letak lokasi ikan terbanyak sehingga nelayan maksimal menangkap ikan dengan selamat,” tutupnya. (adv)