SURABAYA, Tugujatim.id – Badan Narkotika Nasional wilayah Kota (BNNK) Surabaya mengadakan tes urine kepada ratusan pegawai DPRD pada Rabu (14/12/2022). Hasilnya, BNNK Surabaya mengindikasikan tujuh orang positif narkoba dari 362 pegawai yang tes urine.
Konselor Adiksi Ahli Muda BNNK Surabaya Singgih Widi Pratomo mengatakan, pihaknya men-screening tes urine terhadap pegawai honorer di lingkungan DPRD.
“Kami itu melaksanakan undangan dari Sekretaris Dewan DPRD Surabaya untuk screening urine test (pegawai) honorer (dewan) dan sampai saat ini masih berlangsung. Kami hanya undangan biar sekretariat DPRD yang menyampaikan (hasil tes urine),” katanya saat ditemui Tugujatim.id di lokasi.
Singgih melanjutkan, dari 362 pegawai itu, baru 41 orang di antaranya yang sudah menjalankan tes urine.
“Hari ini baru 41 orang, minggu ini akan kami berikan hasilnya,” ucapnya.
Berdasarkan penelitian, biasanya dari 50 pemeriksaan hanya ditemukan satu orang positif. Dia menyebutkan, hal itu adalah sifatnya screening bukan diagnosa pasti.
“Katakanlah misalnya ada yang sakit habis operasi, kemudian dia meminum obat pereda rasa sakit atau penenang, di situlah muncul zat (mengandung narkoba) itu,” ungkapnya.
Singgih menjelaskan, memang ada obat yang mengandung zat seperti narkoba. Jadi, bisa saja positif. Namun, zat yang diberikan memang sedikit yang terkandung di obat. Tapi, yang tak wajar ketika dia mengonsumsi zat yang berlebih di dalam obat.
“Jadi contohnya kita batuk katakanlah minum obat batuk yang merupakan turunan (zat narkoba). Bisa jadi positif, yang dilarang oleh negara itu kan menyalahgunakan obat (narkoba). Artinya, ada golongan narkotika yang boleh dalam pengobatan,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD Surabaya Musnandar menyampaikan, hasil tes urine tersebut saat ini belum selesai. Pihaknya membuat surat untuk menjaring karyawan yang diduga positif narkoba.
“Belum final, jadi masih ada yang belum. Untuk yang belum saya buatkan surat untuk tes susulan yang belum terjaring kemarin. Semua harus kena. Hasilnya belum keluar,” katanya.
Untuk tujuh orang yang diduga positif tersebut, Mutandar enggan menyebutkan karena data akurasi yang berhak menyampaikan adalah BNNK Surabaya.
“Selama data akurasi BNNK, saya gak berani ngomong. Makanya siapa tahu (yang positif) tidak tahu. Hasilnya belum dikirim ke saya,” ujarnya.