CIREBON, Tugujatim.id – Gema takbiran terdengar tiada putus di Kabupaten Batang dan Kota/Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, selepas salat magrib pada Minggu, 1 Mei 2022. Gema takbir berlanjut hingga pergantian hari dan masuk waktu salat subuh.
Takbiran menandai bulan puasa Ramadan habis dan bersambung dengan 1 Syawal 1443 Hijriah alias masuk hari pertama Idul Fitri, Senin, 2 Mei.
Suasana itulah yang sangat dirindukan keluarga mertua Al Muiz Liddinillah di Dusun Menguneng Tengah, Desa Menguneng, Kecamatan Warungasem, Batang, setelah dua tahun terakhir semarak Lebaran meredup gara-gara pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah, walau pandemi belum sepenuhnya berakhir, masyarakat muslim sangat bersemangat menyambut Lebaran, termasuk di sini,” kata Muiz.
Masih ada kegiatan menyambut malam Lebaran yang dirasakan sangat berkurang, yaitu takbiran keliling kampung dan bertalu-talu menggebuk beduk di masjid, seperti yang ia lakukan pada masa bocah dan remaja di Desa Mojopuro Wetan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, terutama saat ia jadi santri di Pesantren Qomaruddin. Ini pesantren tertua di Gresik dan salah satu pesantren tertua di Indonesia yang berdiri pada 1753 alias sudah berusia 269 tahun.
Bukan berarti bapak muda berusia 28 tahun itu mengeluh. Justru pegiat literasi di Kota Malang ini sangat mafhum kondisi “badai” corona belum berlalu.
“Biasanya, kegiatan malam Lebaran pertama sangat meriah di Gresik, Pekalongan, dan Batang. Ada pawai takbiran, tapi sekarang kita maklumi saja. Bersyukur lebih baik daripada mengeluh, toh nanti badai pasti berlalu,” ujar Muiz, alumni Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang.
Menjelang subuh, perjalanan dilanjutkan menuju Jakarta. Saat melewati Masjid Jami’ Baiturrohman dekat rumah keluarga mertua Muiz, tampak 6 pria ligat membersihkan halaman masjid dan menyiapkan tikar untuk dipakai melaksanakan saat berjamaah Idul Fitri.
Pemandangan serupa terlihat di sejumlah masjid yang terletak di tepi jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah, mulai dari Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
Sedikitnya ada 10 lokasi salat Idul Fitri berjamaah yang mengambil menutup sebagian jalan pantura.
Sebagai contoh, warga Desa Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kabupaten Tegal, melaksanakan salat Idul Fifri berjamaah di Masjid Masta’in. Arus lalu lintas pantura dari arah Cirebon, Provinsi Jawa Barat, ditutup.
Begitu pula dua salat Idul Fitri berjamaah di jalan pantura di Kecamatan Bulukamba, Kabupaten Brebes, seperti yang dilaksanakan jamaah Masjid Jami’ Al Munawwaroh, Jalan Raya Kluwut Timur, Desa Kluwut, serta Masjid Jaami’ Baiturrohim, Jalan Raya Bangsri, Desa Pakijangan.
Pelaksanaan salat Idul Fitri berjamaah di jalan sepanjang pantura secara beragam dijaga dan diatur oleh petugas berbeda. Ada yang dijaga dan diatur bersama oleh anggota Banser NU dan Pemuda Pancasila, ada pula yang dijaga seorang anggota Polri dan seorang anggota TNI.
Semua kegiatan salat berjamaah di jalan itu berlangsung lancar lantaran jalan pantura memang sepi di hari pertama Lebaran dan sekarang terasa lebih lengang sejak jalan tol Trans Jawa dioperasikan.
Makanya, sehabis menunaikan salat Idul Fitri berjamaah itu, warga dengan santai dan ceria bersalam-salaman dan bermaaf-maafan di jalan pula.
Pemandangan lainnya, di sejumlah tempat berbeda terlihat orang-orang yang menziarahi pemakaman sehabis melaksanakan salat Idul Fitri, sebagaimana sempat diabadikan di sebuah tempat pemakaman umum di Jalan Cendrawasih, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Brebes, persis di seberang Rumah Makan Berkah Ilahi, warung sate milik Haji Sakmad yang berdiri pada 1962.
Penjual bunga pun kelihatan senang karena dagangannya laris.
Ziarah kubur paling meriah terlihat di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Ribuan orang memadati Situs Makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati. (ABDI PURMONO)
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim