BOJONEGORO, Tugujatim.id – Pembukaan KKN Kelompok 12 Universitas Bojonegoro (Unigoro) di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro, digelar pada Senin (17/7/2023) pagi.
Pembukaan itu dihadiri Camat Kedewan, Eko Subiyono. Ia memberikan pesan pada peserta. “Program-program yang saudara lakukan lebih baik tidak bersifat monumental saja seperti memasang tanda jalan. Lebih baik saudara melakukan kegiatan yang sifatnya pemberdayaan,” ucapnya, pada Senin (17/7/2023) pagi.
Selain camat, pembukaan itu juga kedatangan Kapolsek dan Koramil Kedewan, Kepala Desa Wonocolo, serta seluruh perangkat Desa Wonocolo.
Di 2023 ini, Unigoro kembali melakukan agenda rutin KKN dengan berbagai tema yang tersebar pada 25 lokasi KKN. Salah satu tema yang digarap adalah proyek Desa Ramah Lingkungan.
Tema ini dipilih untuk melakukan berbagai improvement dari desa yang menjadi lokasi KKN. Salah satu lokasi desa yang kedapatan tema Desa Ramah Lingkungan adalah Wonocolo.
Pemilihan Wonocolo karena desa ini merupakan sentra tambang minyak yang ada di Bojonegoro. Desa ini dikenal juga dengan sebutan Texas Wonocolo karena bentuk desa yang sudah seperti Texas masa lalu, terdapat banyak sumur bor pengalian minyak tradisional di sempanjang desa ini.
Sumur-sumur itu telah memberi makan warga desa meskipun ada satu masalah lingkungan yang harus ditanggung, yakni limbah sisa minyak yang belum dikelola dengan baik dan mengalir di beberapa sungai desa. Alhasil, banyak sungai yang kualitasnya sudah jauh dari kata layak. Selain masalah sungai yang tercemar, Wonocolo juga menanggung status sebagai desa yang rawan longsor.
Atas latar belakang ini, Kelompok 12 diterjunkan ke Wonocolo untuk membersamai masyarakat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Diisi oleh mahasiswa yang didominasi dari Prodi Kimia, Ilmu Lingkungan, dan Teknik Sipil, Kelompok 12 berencana membuat beragam program yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ketua Kelompok 12, Dewi Fartamati menjelaskan beberapa program yang akan dilakukan, seperti bekerja sama dengan ibu-ibu PKK untuk membuat eco-enzim, karena eco-enzim merupakan jenis cairan yang memiliki banyak manfaat dan terbukti mampu menghilangkan bau pada tumpukan sampah.
Pada aplikasinya, eco-enzim akan disemai setiap hari pada sumur-sumur bekas yang ada di desa. “Tentu program ini diawali dengan praktik secara langsung dengan ibu-ibu PKK,” ucapnya.
Selain eco-enzim untuk mengurai limbah minyak, Dewi juga menjelaskan tentang programnya untuk mengatasi longsor. Dari hasil observasi jurnal dan konsultasi, didapati bahwa Wonocolo sering longsor karena struktur tanah yang tidak ada batu.
“Selain itu, tanah Wonocolo juga mengemban beban berat dari pohon-pohon yang ada di atasnya, sehingga solusi dari tanah longsor di Wonocolo sekiranya bukan menanam pohon, tetapi rumput vetiver,” ucap Dewi.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kelompok 12, M Bakhru Thohir MSc mengatakan bahwa mahasiswa harus berbaur. “Kalau bisa jangan buat sosialisasi dan ‘memaksa’ warga datang untuk mendengarkan mahasiswa berbicara. Tetapi kalau bisa mahasiswa yang datang ke acara rutinan warga, semisal kenduren dan sampaikan di forum-forum yang sudah warga miliki,” pesannya.
Reporter: Imam A Hanifah
Editor: Lizya Kristanti