TUBAN, Tugujatim.id – Dinas Kesehatan Tuban mengklaim angka stunting pada tahun 2021 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Data menunjukkan tahun 2019, angka stunting sebesar 14 persen. Kemudian tahun 2020 turun kembali menjadi 12 persen dan terus turun lagi mencapai 11,65 persen di tahun 2021.
“Dari data yang ada terlihat ada penurunan,” kata Nanang, Kabid Kesmas, Kefarmasian dan Alkes serta Tenaga Kesehatan, Dinkes Tuban, Nanang Sugiyarto, Senin (24/1/2022).
Nanang menjelaskan dalam penangan kasus stunting bukan hanya dilakukan oleh dinas kesehatan saja, melainkan juga beberapa OPD lainnya. Karena itu, penanganan ini sangat berkaitan satu sama lain.
“Kalau secara hitungan penanganan kita hanya 30 persen. Selebihnya dilakukan oleh lintas sektoral,” ungkapnya.
Sedangkan anggaran dalam penanganan pemberian PMT (makanan tambahan) dalam tahun 2021 meningkat menjadi Rp 1,2 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya Rp 1 miliar. Sementara, anggaran tahun 2020 sama dengan tahun 2019.
“Kita beraharap, secara intergratif untuk kerjasama dengan lintas sektoral supaya anak-anak di Tuban perkembangannya bisa lebih baik,” harapnya.
Sementara itu, data yang lain terkait prevalensi balita stunted (tinggi badan menurut umur) kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2021 berdasar hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukan angka berbeda dari data Dinkes Tuban.
Antara lain, tahun 2021 ada sekitar 59.066 balita atau 25,1 persen. Sementara data Dinkes Tuban 11,65 persen. Di tahun 2020 ada sekitar 65.650 balita atau 26 persen, dan data Dinkes Tuban 12,54 persen.
Berbeda lagi dengan data Kemendagri terkait stunting yang tersebar di Jawa Timur. Pada tahun 2021, angkanya di Tuban sekitar 14,1 persen.