Akses Sulit dan Cuaca Kabut Jadi Kendala
PASURUAN, Tugujatim.id – Proses evakuasi bangkai dua pesawat TNI AU yang jatuh di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, diperkirakan memakan waktu lama. Sulitnya akses jalan hingga faktor cuaca jadi penyebabnya.
Evakuasi bangkai dua pesawat Super Tucano yang jatuh di dua lokasi berbeda itu terus dilakukan pada Sabtu (18/11/2023). Berdasarkan pantauan Tugujatim.id, proses evakuasi dilakukan oleh tim gabungan TNI AU dibantu warga sekitar.
Informasi yang didapat, evakuasi masih dilakukan secara manual, dengan menggunakan alat potong gergaji mesin kecil atau grinda, serta peralatan bantu lain seperti pacul hingga wedung atau pisau besar.
Beberapa hal yang jadi kendala di antaranya adalah akses jalan yang jauh antara desa terdekat dengan lokasi jatuhnya kedua pesawat. Baik akses jalan menuju jatuhnya pesawat TNI AU di Bukit Kundi, perbatasan Desa Wonorejo, Kecamatan Lumbang, maupun di titik lokasi kedua di tebing perbukitan di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo.
Untuk menuju dua titik lokasi tersebut, harus melewati jalan tanah terjal bahkan naik turun lereng pegunungan. Diperlukan waktu antara dua sampai tiga jam apabila berjalan kaki. “Ya jaraknya kurang lebih bisa puluhan kilometer ke TKP (tempat kejadian perkara), pakai motor bisa saja, tapi terjal, tetap sulit,” ujar warga Desa Tosari, Witara, pada Sabtu (18/11/2023).
Selain itu, dua lokasi jatuhnya pesawat latih TNI AU tersebut berada di tengah kawasan perbukitan wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Perhutani. Di mana cuaca yang tak menentu, seperti datangnya kabut, juga jadi kendala tersendiri.
Kepala Pusat Kelayakan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI Angkatan Udara, Marsekal Muda TNI Benedictus Benny mengatakan bahwa upaya evakuasi dua pesawat ini diperkirakan memakan waktu lama. “Proses ini masih panjang. Kita nggak bisa sebulan selesai,” ujar Benny, pada Jumat (17/11/2023).
Benny menambahkan bahwa masih banyak material penting yang perlu dievakuasi. “Banyak sekali yang perlu kita lakukan dan belum semua parameter kita temukan,” ungkapnya.
Sempat beredar informasi bahwa sebagian material puing pesawat akan diupayakan untuk bisa dievakuasi dan dibawa ke Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada hari ini atau maksimal esok hari.
Sempat beredar informasi pula bahwa evakuasi akan dilakukan menggunakan helikopter. Namun hingga hari ini, belum terpantau datangnya helikopter tersebut.
Berdasarkan pantauan Tugujatim.id, tidak kurang dari enam kendaraan besar berupa truk juga telah disiagakan di dua posko evakuasi.
Untuk lokasi jatuhnya pesawat bernomor ekor sayap TT 3103 di bawah tebing perbukitan areal Perhutani, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, posko evakuasi dipusatkan di Balai Dusun Keduwung.
Adapun evakuasi ke lokasi bangkai pesawat bernomor ekor sayap TT 3111 yang jatuh di Bukit Kundi tepat di perkebunan wilayah TNBTS, perbatasan Desa Wonorejo Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan dengan Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, posko ditempatkan di Masjid BSI kawasan Penanjakan, Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari.
Sebelumnya, dua pesawat TNI AU jatuh pada Kamis (16/11/2023) siang, pukul 11.00 WIB.
Kesaksian warga sekitar sempat melihat empat pesawat terbang di langit, sebelum akhirnya ada ledakan keras yang terdengar hingga belasan kilometer. Dua pesawat jenis Super Tucano itu jatuh di dua lokasi berbeda.
Insiden pesawat latih TNI AU yang jatuh itu memakan korban jiwa empat orang perwira TNI AU yang berdinas di Lanud Abdulrachman Saleh. Mereka adalah Letkol Pnb Sandhra Gunawan, Kolonel Adm Widiono, Mayor Pnb Yuda A Seta, dan Kolonel Pnb Subhan.
Lalu pada Jumat (17/11/2023), Tim Investigasi TNI AU telah menemukan Flight Data Recorder (FDR) dari dua pesawat itu. FDR dua pesawat latih tersebut kini telah dibawa ke Lanud Abdulrachman Saleh untuk dilakukan pembacaan data penerbangan guna mengungkap penyebab pasti jatuhnya pesawat.
Reporter: Laoh Mahfud
Editor: Lizya Kristanti