Tugujatim.id – “Jurnalisme kita hari ini sedang tidak baik-baik saja,” demikian kalimat pembuka Frans Surdiasis, wartawan senior yang menjadi mentor dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2022 Batch IV dalam sesinya, Rabu (2/2/2022).
Pernyataan itu bukan tanpa sebab. Frans yang kini sibuk menjadi pengajar ilmu jurnalistik di Universitas Atmajaya itu prihatin dengan kualitas jurnalisme hari ini yang kebanyakan menganut aliran clickbait hingga dumbing down.
Menurut Frans, kedua fenomena ini dalam kerja jurnalistiknya kerap mengabaikan disiplin verifikasi data. Padahal data adalah nyawa utama jurnalisme. Berita berbasis data dan fakta adalah semacam jalan lebar menuju era jurnalisme berkualitas.
”Jurnalis sudah bukan waktunya berlomba-lomba menjadi orang pertama yang menyampaikan informasi, tapi menyampaikan makna dari sebuah informasi bagi pembaca. Itulah kondisi ideal yang kita sebut era jurnalisme data,” sebut Frans.
Frans menerangkan bahwa jurnalisme data memberi ruang lebar-lebar bagi seorang wartawan dalam menegakkan independensinya dalam menyajikan informasi. Jika independensi ini dianut semua media massa, bukan tidak mungkin tingkat kepercayaan publik terhadap media ikut meningkat.
Menurut data Digital News Report 2021, lanjutnya, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia pada media hanya sebesar 39 persen. Lebih rendah dari tingkat kepercayaan masyarakat global yang mencapai 44 persen.
”Tentu ini menjadi tantangan besar jurnalis masa kini, terutama dalam mengarusutamakan isu pendidikan dengan berbasis data atau fact based,” tuturnya.
Menurut hematnya, kini pola kerja jurnalis sudah harus bergeser pada wilayah mengelola informasi, bukan hanya sekedar mencari informasi. Frans menganalogikan jurnalis laiknya pedagang di mana produk yang dia jual adalah berita. Berita berkualitas adalah berita yang kaya data dan komprehensif.
Dengan data yang komplit, tambah Frans, lebih komplit lagi ditambah dengan teknik telling story yang baik. Kedua hal ini sudah harus dianggap menjadi kemampuan yang generik, terlebih di era teknologi informasi seperti sekarang.
”Sudah saatnya kita naik level. Sudah waktunya kita mewujudkan jurnalisme ke arah yang berkualitas dan menuntun masyarakat mendudukkan persoalan dan mencari solusi atas permasalahan,” tegasnya.
Salah satu cara untuk menggapai level setingkat lebih tinggi itu adalah dengan membiasakan diri dengan menyajikan laporan indepth reporting atau liputan mendalam. Liputan mendalam adalah liputan yang memakai pendekatan multidimensi, kaya akan perspektif.
Menurut P Hasudungan Sirait, wartawan senior yang juga menjadi mentor FJP 2022, indepth reporting akan memberi warna di era jurnalisme 4.0 hari ini yang penuh dengan disrupsi informasi seiring menjamurnya media sosial.
”Indepth reporting akan membedakan kita (media massa, red) dengan media sosial. Karena jurnalistik tidak menyampaikan informasi, tapi juga menuntun pembaca kepada solusi,” papar Bung Has, sapaan akrabnya.
Penyajian berita mendalam dijamin lebih kaya karena berisi eksplanasi sebab akibat dengan rinci hingga berisi solusi. Terlebih, dalam susunan kepingan datanya didapat dari hasil riset dan observasi yang rigid.
”Dengan membaca laporan mendalam, pembaca seolah diberikan kepingan-kepingan puzzle yang sudah disusun kembali menjadi utuh,” ujarnya.
Perlu diketahui, FJP diinisiasi oleh PT Paragon Technology and Innovation berkolaborasi dengan GWPP (Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan). FJP yang berlangsung hingga Mei 2022 secara virtual melalui Zoom ini akan mencakup aspek pelatihan, praktik, dan pendampingan, khususnya dalam mengarusutamakan isu pendidikan.
Ada lima mentor kapabel yang akan mendampingi yakni Nurcholis MA Basyari, M Nasir, Haryo Prasetyo, Frans Surdiasis, dan Tri Juli Sukaryana.
Dalam FJP Batch IV ini kembali dipilih 15 peserta jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya Wartawan tugumalang.id, M Ulul Azmy, yang terpilih menjadi salah satu peserta.