TUBAN, Tugujatim.id – Jangan remehkan bisnis merajut karena hasilnya pun lumayan banyak. Salah satunya seperti yang dilakukan Niswatin, warga Kecamatan Soko, Tuban, yang menggeluti dunia merajut bersama puluhan perempuan lainnya di dua wilayah, yakni Soko dan Rengel.
Niswatin menceritakan bagaimana awal mula dia menggeluti bisnis merajut. Dia mengatakan, awal pandemi mewabah, dia bersama temannya mengikuti pelatihan merajut. Ini adalah bagian dari Program Perempuan Indonesia Merajut (PRMA) yang digagas Exxon Mobile Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas.

Untuk menguasai teknik merajut yang baik dan benar, dia mengatakan, dibutuhkan waktu kurang lebih sebulan lebih. Beberapa produk yang dihasilkan mulai dari tas dari berbagai bentuk dan ukuran, boneka, topi, hingga taplak meja.
Seiring berjalannya waktu, hasil rajutan dari sebagian besar ibu rumah tangga ini dilirik brand terkenal lainnya yang difasilitasi Yayasan Sri Sasanti Indonesia (YSSI).

“Dengan bahan baku dari Yogyakarta, produk rajutan kami semuanya diproduksi secara manual, tidak
dengan mesin. Satu produk satu hari saja, itu sudah bagus,” ucapnya.
Dia bersama kelompok asal Bojonegoro yang juga masuk dalam Prima kian gigih berusaha mengembangkan bisnis merajut ini. Puncaknya, Niswatin dan kawan-kawan mendapatkan pesanan dari perusahaan di Yogyakarta sebanyak 600 produk rajutan.

“Awalnya, kami sempat ragu dapat mencapai target yang diharapkan. Namun, kegigihan para anggota kelompoklah yang membuat kami berani menerima pesanan dalam jumlah lebih besar,” terangnya.
Dari pesanan besar itu dan pesanan langsung lainnya, anggota kelompok di Tuban dapat meraup keuntungan hingga Rp23,5 juta dalam sebulan.
“Program ini sungguh membantu perekonomian kami. Kebutuhan rumah tangga sehari-hari jadi bisa tercukupi,” ungkapnya.