Paris – Seorang guru di Prancis, tewas terbunuh secara mengenaskan di dekat sekolahnya, di pinggiran Kota Paris, Prancis, Jumat (16/10) sore waktu setempat. Ia tewas setelah lehernya ditikam hingga kepalanya putus atau terpenggal. Diduga, ia terbunuh usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dari surat kabar Charlie Hebdo di kelasnya.
Berdasar laporan yang dilansir dari The Guardian, pihak kepolisian Prancis telah menembak mati seorang pria yang memenggal kepala seorang guru dengan pisau dapur berukuran besar itu.
Korban diketahui bahwa dia adalah seorang profesor geografi-sejarah berusia 47 tahun. Meski sebagai guru geografi dan sejarah, ia juga memberikan kursus wajib terkait pendidikan moral. Dan pelajaran tersebut untuk mengajarkan kebebasan berbicara dan berekspresi.
Baca Juga: Bahaya Kebiasaan Memukul Anak yang Seharusnya Tak Dilakukan
Diduga kuat, profesor itu menunjukkan kepada murid-muridnya yang berusia 12 hingga 14 tahun, karikatur Nabi Muhammad. Hal ini memicu pengaduan dari sejumlah orang tua dan salah satu keluarga yang mengajukan pengaduan hukum.
Sedangkan untuk pelaku yang tewas ditembak karena kabur diketahui merupakan pemuda berusia 18 tahun asal Moscow, Rusia. Beberapa laporan mengatakan bahwa dia berasal dari Chechnya, Russia. Dia disebut-sebut sebagai “orang yang tidak diketahui sempurna” oleh dinas intelijen negara, tetapi memiliki catatan kriminal kecil.
Atas aksi yang menewaskan guru di Prancis itu, para pejabat segera mengumumkan sedang menyelidiki kasus itu. Presiden Emmanuel Macron mengatakan pada Jumat (16/10) malam bahwa pertempuran Prancis melawan terorisme Islam adalah “eksistensial” dan bahwa korban telah “dibunuh”.
“Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena dia mengajar. Ia mengajari siswanya tentang kebebasan berekspresi, kebebasan untuk percaya atau tidak percaya. Itu adalah serangan pengecut. Dia adalah korban serangan teroris Islam,” kata Macron.
Baca Juga: Agar Hari Lebih Berwarna, Anda Bisa Melakukan Tips-Tips Ini di Pagi Hari
Ia pun juga mengucapkan bela sungkawa terhadap guru yang menjadi korban teror itu. Tak hanya itu, pihaknya juga mengajak seluruh guru di negaranya agar tetap semangat menyalurkan pendidikan.
“Malam ini saya ingin mengatakan kepada para guru di seluruh Prancis. Kami bersama mereka, seluruh bangsa bersama mereka hari ini dan besok. Kita harus melindungi mereka, membela mereka, membiarkan mereka melakukan pekerjaan mereka dan mendidik warga masa depan,” imbuh Macron.
Macron mengatakan pembunuh itu berusaha untuk menyerang nilai-nilai republik.
“Ini adalah pertempuran kami dan ini eksistensial. Mereka (teroris, red) tidak akan berhasil. Mereka tidak akan memecah belah kita,” imbuhnya.
Untuk diketahui, saat ini Paris berada dalam siaga tinggi. Sebab, tiga pekan lalu dua jurnalis dari sebuah perusahaan produksi film ditikam di luar bekas kantor surat kabar satir Charlie Hebdo.
Pada Januari 2015, teroris Islam Saïd dan Chérif Kouachi menembak mati 12 orang di dalam dan sekitar kantor Charlie Hebdo. Keesokan harinya, pria bersenjata Amédy Coulibaly menembak mati seorang polisi perempuan dan membunuh empat orang Yahudi di supermarket kosher Hyper Cacher. Kouachi bersaudara dan Coulibaly tewas dalam baku tembak terpisah dengan polisi.
Persidangan terhadap 14 orang yang diduga terkait dengan serangan teror Januari 2015 saat ini sedang diadakan di pengadilan Paris dan akan dilanjutkan hingga November. (gg)