Tugujatim.id – Peran guru ngaji dibutuhkan ketika membaca kitab suci Al-Qur’an. Dari tuntunan guru ngaji, seseorang dapat mengenali mana bacaan Al-Qur’an yang kurang tepat, di mana letak kesalahan saat membaca Al-Qur’an, bahkan saat akan menghafal Al-Qur’an pun butuh peran seorang guru yang mumpuni.
Lalu, apa jadinya bila peran dan kehadiran guru ngaji mendapat tantangan dari kecerdasan buatan?
Aplikasi bernama Tarteel merupakan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendengarkan dan mengidentifikasi bacaan Al-Qur’an. Dengan menggunakan speech to text, Tarteel melakukan pencarian teks untuk mencocokkan ayat.
Tugu Jatim melakukan uji coba dengan melakukan pembacaan ayat yang kurang sesuai dengan surat di dalam Al-Qur’an. Hasilnya, Tarteel mengoreksi lima bacaan yang salah disertai dengan koreksi bacaan yang sesuai dengan ayat.
Hasil tersebut cukup mengejutkan. Bermodal suara saja, aplikasi itu mampu mendeteksi ayat mana yang tak cocok bacaannya, kemudian memberi masukan ayat yang sesuai dengan surat yang dibaca. Bahkan, terdapat fitur penanda seberapa sering pembaca salah baca dalam sebuah surat dalam Al-Qur’an.
Tak hanya itu, fitur Tarteel juga dilengkapi dengan mode penghafal. Mode tersebut menyembunyikan ayat dan juga dapat menyembunyikan penanda ayat.
Hal ini tentu menjadi salah satu solusi bagi penghafal Al-Qur’an ketika sudah tidak tinggal di lingkungan pesantren atau tempat menghafal Al-Qur’an. Tentunya, para penghafal itu ingin menjaga dan mencari koreksi hafalannya meski sudah jauh dari pesantrennya.
Fitur setoran juga dapat dijumpai pada aplikasi Tarteel. Saat masuk fitur tersebut, halaman Al-Qur’an tampil dalam bentuk kosong, kemudian otomatis terisi dengan ayat yang telah dibaca pengguna. Tak hanya itu, kesalahan baca oleh pengguna akan ditandai dengan tanda berwarna merah.
Tarteel juga menyediakan catatan statistik pengguna. Mulai berapa lama pengguna membaca Al-Qur’an dalam sehari, berapa jumlah ayat yang sudah dibaca, berapa persen Al-Qur’an yang sudah terbaca hingga lama waktu bacaan. Catatan tersebut tersedia dalam rentang waktu harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan.
Aplikasi Tarteel sendiri sudah diunduh sebanyak satu juta lebih unduhan di Google Play Store. Aplikasi ini juga mendapat rating 4,7 dari 19 ribu ulasan.
Melihat fitur dari Tarteel yang cukup bagus ini, membuat peran guru ngaji sebagai pendamping dan pengajar mendapat pertanyaan. Sampai kapan kehadiran guru ngaji akan dibutuhkan? Karena kini orang dapat mengakses koreksi bacaan Al-Qur’an lewat gawai mereka masing-masing.
Meski kehadirannya belum begitu terasa, agaknya guru ngaji perlu waspada dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada. Apalagi perkembangan kecerdasan buatan sedang marak dikebut di berbagai belahan dunia.