Tugujatim.id – Kami banyak belajar dari Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharuddin. Dia membawahi sekitar 8 juta kader se-Indonesia. Kami belajar usai ngobrol gayeng di rumahnya di daerah Depok, Jawa Barat. Kami ngobrol mulai dari perkembangan bisnis, GP Ansor, inovasi, ilmu berjejaring dan transformasi digital.
Menariknya, pria yang juga Komisaris Waskita Karya ini adalah seorang pembelajar ulung. Addin mengaku, dia pasti belanja buku ke toko buku dalam sebulan.
”Sebulan pasti saya baca 2-3 buku,” kata pria yang pernah menjabat sebagai ketua umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini.
Untuk mengetahui perkembangan Indonesia termutakhir, dia biasanya keliling ke toko Buku Gramedia. Pasti ada buku baru yang dirilis dari berbagai bidang kehidupan. Mulai dari bidang bisnis, politik, teknologi, psikologi, dan lain sebagainya.
”Misalnya di teknologi, hal baru apa sih yang sedang banyak dibicarakan, ya tinggal saja ke rak teknologi, begitu juga dengan politik, dari kebiasaan itu saya menjadi tahu isu termutakhir,” imbuhnya.
Addin terkenal dengan jaringannya yang luas. Menurut Addin, anak muda harus mengutamakan adab daripada ilmu agar punya jaringan luas.
”Orang respek ke kita kalau punya adab dan sopan ke orang,” ucapnya.
Dia mencontohkan saat bertamu, ketika ada kotoran maka ketika kita membersihkan, maka tuan rumah akan respek. Begitu juga ketika ada anak dari tuan rumah kita sapa dengan penuh kasih sayang, maka tuan rumah akan respek.
”Misal bilang anak ini ponakan saya, pasti senang banget dan tuan rumah jadi respek,” imbuhnya.
Terpenting, Addin melanjutkan, high level thinking yang perlu ditingkatkan. Artinya, kita harus punya gagasan dan pengetahuan sehingga ketika diajak ngobrol dengan jejaring, kita menjadi tahu.
”Misal kita ketemu dengan orang yang jago teknik, ya perlu baca-baca dulu soal teknik, ini penting agar orang trust dan pengetahuan kita menjadi bahan obrolan,” ucap pria yang akrab disapa Gus Addin ini.
Untuk mempunyai banyak pengetahuan, Addin masih berkeyakinan kalau buku masih menjadi solusi utama agar kita berpengetahuan. Selain itu, bertemu banyak orang dan belajar ke banyak orang, juga bisa menjadi solusi.
”Teruslah belajar, saya kira anak muda perlu itu,” jelasnya.
Addin juga menyarankan, anak muda khususnya kader GP Ansor juga belajar merenung. Addin misalnya, untuk merancang konsep besar Ansor dalam kepemimpinannya, dia merenung setelah banyak membaca situasi dan masukan banyak pihak.
”Lalu saya corat coret di kertas, lalu munculah konsep itu,” imbuhnya.
Konsep Addin yaitu disebut ASTA BISA. Asta ini adalah konsep delapan program presiden terpilih Prabowo Subianto, sedangkan BISA empat pilar GP Ansor dalam kepemimpinannya yakni Bisnis, Inovasi Teknologi dan Media, Sumber Daya Manusia dan Anak Muda. Kami akan menjabarkan secara detail program Asta Bisa ini dalam catatan selanjutnya.
Obrolan gayeng dengan Addin berlangsung sekitar tiga jam. Kami akhirnya pamit karena Addin harus bergeser ke Cirebon untuk menghadiri haul di Pondok Pesantren Buntet Cirebon. Kami pulang dengan banyak membawa ilmu kehidupan yang luar biasa besarnya.
Writer: Irham Thoriq