Warganet dihebohkan dengan adanya temuan jejak kaki yang awalnya diduga milik harimau di kawasan wisata Ranu Kumbolo, Gunung Semeru. Akibat cuitan yang diposting oleh akun Twitter bernama @superbagonk Jumat (25/9) lalu tersebut, masyarakat mendugan bahwa spesies kucing besar itu berkeliaran di danau eksotis selama Gunung Semeru ditutup dalam waktu setahun terakhir ini.
Untuk diketahui, Gunung Semeru sendiri memang ditutup sejak 19 September 2019 silam, dan akan dibuka pada 1 Oktober mendatang. Penutupan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sejak setahun ini awalnya diduga memberi banyak kesempatan ekosistem bernafas lega. Tak hanya itu, populasi satwa liar yang berhabitat disana seolah bebas berkeliaran, keluar dari tempat persembunyiannya selama ini.
Baca Juga: 5 Fakta Pulau Sempu yang Ingin Dibangun Lapas oleh Kemenkumham
Video pendek dengan durasi sekitar 30 menit itu cukup jelas memperlihatkan sejumlah jejak satwa yang awalnya diduga dari famili Felidae atau kucing besar alias macan.
Setahun penuh Ranu Kumbolo tak terjamah manusia, walhasil ketika bersih2 jalur sebelum pendakian kembali dibuka, ditemukan banyak jejak hewan famili felidae alias kucing besar 😱 pic.twitter.com/SbLPiiUO4t
— Superbagonk Inc. (@superbagonk) September 25, 2020
Video itu diakui pemilik akun diambil pada sekitar 2 pekan lalu saat pembersihan jalur pendakian dalam rangka persiapan pembukaan jalur pendakian untuk umum setelah ditutup.
“Setahun penuh Ranu Kumbolo tak terjamah manusia, walhasil ketika bersih-bersih jalur sebelum pendakian kembali dibuka, ditemukan banyak jejak hewan famili felidae alias kucing besar,” cuit dia.
Alhasil, postingannya tersebut menuai reaksi positif lantaran dengan kebijakan penutupan TNBTS berdampak positif pada keberlangsungan ekosistem disana. Hingga Senin (28/9), video itu mendapatkan 9,8 ribu retweet dan tanda like hingga 24,7 ribu akun.
Kabar baik itu pun menuai komentar netizen yang sebagian besar mencurahkan antusiasmenya terhadap kehadiran satwa liar yang bebas berkeliaran di kawasan Ranu Kumbolo, sumber air terbesar di Gunung Semeru.
BBKSDA Sebut Temuan Jejak di Ranu Kumbolo adalah Milik Anjing Hutan
Ahli predator petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeri (TNBTS) memastikan temuan jejak kaki tersebut bukan milik predator jenis familidae atau kucing besar, melainkan anjing hutan (cuon alpinus).
Hal ini diungkapkan Humas TNBTS Syarif Hidayat berdasar hasil identifikasi tim ahli predator TNBTS terkait temuan jejak tersebut.
”Setelah kami cermati itu bukan jejak panthera atau kucing besar namun anjing. Bisa dilihat dari cetakan kukunya, kalau macan tutul tidak ada cetakan kuku,” tegasnya dikonfirmasi, Senin (28/9).
Meski begitu, data keberadaan populasi anjing hutan di kawasan TNBTS sendiri bahkan belum pernah terdata secara pasti. Keberadaanya hanya sebatas laporan warga pendaki yang pernah menjumpai ajag ini. Beberapa tahun terakhir, data TNBTS belum lagi pernah menjumpai ajag ini.
”Namun dari camera trap kita juga pernah terlacak. Soal jenis anjing apakah dari jejak ini masih perlu diteliti lagi, apakah anjing peliharaan warga ataukah anjing hutan,” jelasnya.
Kendati demikian, pihaknya tak menampik jika populasi kucing besar jenis macan tutul dan macan kumbang juga masih terjaga keberadaannya di habitat kawasan Gunung Semeru.
Hal senada dikatakan Kasi Konservasi BBKSDA Jawa Timur Wilayah VI Probolinggo Mamat Ruhimat bahwa secara morfologi jejak kaki ini lebih mendekati ke jenis ajag. ”Kami pastikan, dilihat dari bentuknya, itu jelas anjing karena ada jejak kukunya. Itu jejaknya juga kecil. Kalau macan jelas jejaknya lebih besar,” katanya.
Terlebih, populasi anjing hutan ini sendiri disana juga bahkan sering dilaporkan penduduk setempat. Terakhir, sekawanan ajag pernah dilaporkan menyerang penangkaran rusa tutul di perbatasan kawasan Bromo milik Perhutani.
Baca Juga: Sering Diledek saat Main Game Online, Pemuda di Malang Nekat Bunuh Kawannya
”Jelas itu anjing hutan, karena di sana juga pernah dilaporkan keberadaan populasinya. Di sana masih ada anjing hutan. 90 persen itu jejak anjing hutan,” tegasnya.
Seperti diketahui, penutupan kawasan TNBTS sejak setahun lalu seolah memberi banyak kesempatan ekosistem disana bernafas lega. Tak hanya itu, populasi satwa liar yang berhabitat disana seolah bebas berkeliaran, keluar dari tempat persembunyian mereka selama ini.
Seperti diketahui dari cuitan akun twitter bernama @superbagonk melalui unggahan videonya yang diunggah Junat (25/9). Ia menemui cukup banyak jejak satwa diduga kucing besar di kawasan Ranu Kumbolo, Gunung Semeru.
Video pendek dengan durasi sekitar 30 menit itu cukup jelas memperlihatkan sejumlah jejak satwa diduga dari famili Felidae atau kucing besar alias macan.
Video itu diakui pemilik akun diambil pada sekitar 2 pekan lalu saat pembersihan jalur pendakian dalam rangka persiapan pembukaan jalur pendakian untuk umum setelah ditutup.
“Setahun penuh Ranu Kumbolo tak terjamah manusia, walhasil ketika bersih-bersih jalur sebelum pendakian kembali dibuka, ditemukan banyak jejak hewan famili felidae alias kucing besar,” cuit dia.
Terlepas dari apakah itu jejak macan atau bukan, paling tidak ada kabar baik bahwa ekosistem taman nasional ini kembali pulih dan bernafas dengan lega.
Seperti diketahui, pendakian Gunung Semeru sudah ditutup sejak 19 September 2019 lalu sebagai upaya pemeliharaan dan pemulihan ekosistem kawasan konservasi di bawah BB TNBTS itu. Namun, per 1 Oktober BB TNBTS memutuskan jalur pendakian gunung setinggi 3.676 mdpl ini kembali dibuka. (azm/gg)