Ikuti Program UEFA, Arema FC Jalin Komunikasi Internasional Pulihkan Tata Kelola Klub Lebih Modern

Arema FC. (Foto: Arema FC/Tugu Jatim)
Komisaris Arema FC Tatang Dwi Arifianto. (Foto: Arema FC)

MALANG, Tugujatim.id – Pasca Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (01/10/2022), kondisi tata kelola klub Arema FC memang harus dipulihkan. Salah satunya melalui program The Union of European Football Association (UEFA) Assist League Development Program di Jakarta pada 18-23 November 2022.

Komisaris Arema FC Tatang Dwi Arifianto mengatakan, program itu kolaborasi antara UEFA dan AFC. Dia menyebutkan, Assist League Development Program ini merupakan kesempatan besar memulihkan tata kelola klub Arema FC.

“Sebab, dalam program itu banyak sekali materi yang berkaitan dengan pengembangan sepak bola ke arah profesional seperti halnya yang berkembang di Eropa,” kata Tatang pada Sabtu (19/11/2022).

Dia melanjutkan, ada tujuh poin penting dalam pembahasan program tersebut. Mulai tata kelola klub, pengembangan sepak bola, manajemen keuangan, operasional pertandingan dan manajemen venue, merek dan komunikasi fans, penghasilan dan pendapatan, serta perencanaan operasional.

“Semua poin itu kami rasa sesuai dengan target dari pemulihan Arema FC ke depan. Jadi, sekali lagi ini adalah kesempatan besar yang harus dimaksimalkan,” ungkapnya.

Selain ikut program UEFA, Arema FC juga telah menjalin komunikasi dengan berbagai tokoh sepak bola nasional hingga internasional. Mulai konsultan dari Inggris, Italia, Turki, hingga Malaysia, bahkan dari Match Commisioner AFC.

Sementara itu, Match Commisioner AFC Rony Suhatril mengatakan, Arema FC perlu memperkuat struktur organisasi berlapis. Yakni, dengan revitalisasi struktur organisasi yang komprehensif agar profesional dan modern dalam pengelolaan klub.

“Tujuannya agar semua berjalan dengan lancar karena manajemen klub sepak bola ini adalah sebuah sistem. Banyak hal yang harus dikerjakan sesuai tupoksinya,” ucapnya.

Menurut dia, setiap klub memiliki latar belakang dan budaya berbeda. Dia mengatakan, klub sepak bola Indonesia banyak yang masih berafiliasi dengan perusahaan.

“Jadi harus ada yang menjadi patokan ideal dari suatu sistem manajemen,” ujarnya.

Dia menyebutkan, struktur organisasi berlapis bisa menjadi pilihan untuk memperkuat kinerja klub.

“Komunikasi terkait regulasi juga harus intens dilakukan,” ujarnya.