MALANG, Tugujatim.id – Jack Harun adalah satu nama yang turut diburu polisi saat bom Bali meledak pada pada 12 Oktober 2002 silam. Dia menjadi sosok yang meracik bom yang menewaskan 202 orang tak berdosa itu. Namun kini dia telah insyaf dan memilih menjadi peracik soto alias berjualan soto ayam.
Jack Harun adalah salah satu anak buah Noordin M Top dan Dr Azhari. Dua buronan utama polisi waktu itu. Namun, tidak butuh waktu lama bagi polisi untuk mengungkap jaringan pelaku Amrozi cs tersebut. Jack Harun merupakan satu dari sekian pelaku yang ditangkap.
Pria bernama asli Joko Tri Hermanto itu mengambil peranan penting dalam peritiwa bom terbesar di Indonesia tersebut. Dia bertugas sebagai perakit timer bom hingga meracik bahan bom dalam aksi ekstrim itu.
Setelah proses sidang, dia masuk penjara dan baru keluar pada tahun 2008. Sejak itu dia insyaf kini banting setir menjadi penjual nasi soto.
Menurut ceritanya, pria kini dipanggil ustad dan kerap diundang ceramah ke berbagai tempat itu sudah terlibat dalam jaringan terorisme sejak 1999. Dia adalah hasil baiat DI-TII atau NII (Negara Islam Indonenesia).
Pembaitan itu terjadi bahkan sejak dia masih belia, yaitu saat masih kelas 2 SMA di Kulonprogo. Jack Harun mengaku terpapar ideologi radikal sejak rajin datang ke pengajian-pengajian dan berlanjut hingga berkuliah di Universitas 11 Maret Solo UNS.
”Sejak itulah saya kenal beberapa orang dan lanjut ke kelompok-kelompok kecil hingga saya dibaiat dan terlibat lebih jauh dalam aksi Bom Bali 1 itu,” kisah Jack Harun waktu datang ke Malang pada Selasa (31/5/2022)
Ketika dia berada pada masa-masa kelam di penjara, dia merasa ada yang salah dengan yang diyakininya. Mulai keanehan tidak pernah tahu siapa yang memimpinnya hingga kemudian berujung pada aksi yang ekstrim.
”Saya merasa saya hanya dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab ini. Waktu ketemu ibu saya di penjara itulah, saya benar-benar merasa sadar dan insyaf kembali ke jalan NKRI,” tuturnya.
Eks Napiter yang memimpin Yayasan Gema Salam itu melanjutkan jika aktivitas kelompok radikal yang pernah dia ikuti tidak sama sekali ada kepentingan membela umat. Bahkan keberadaan mereka hingga saat ini masih ada dan terus bergerilya.
Jack Harun memaparkan bagaimana organisasi radikal ini masih terus bergerilya menebar opini jihad kepada masyarakat dengan dalih penebusan dosa. Banyak dari kalangan preman, pengangguran terjebak dalih jalan pintas masuk surga ini.
Dan kini, ada media sosial yang semakin membantu mereka menyebarluaskan teror tersebut, termasuk bahkan lewat kegiatan amal-amal keliling.
”Mereka bisa jadi keliling bawa kotak amal, mereka juga bisa hadir di akun-akun media sosial dengan nama anonim. Mereka terus bergerak sampai saat ini. Maka dari itu kita juga perlu bergerak, menebar semangat yang positif untuk perdamaian bangsa,” ujarnya.
Jack Harun sebagai eks napiter mewanti-wanti generasi muda atau mahasiswa yang memiliki keinginan kuat membantu orang untuk tidak asal memberikan sumbangan kepada orang atau lembaga yang tidak jelas. Untuk membedakannya memang tidak ada identifikasi khusus.
”Makanya harus kritis dan selektif. Tanyakan saja langsung ke orangnya atau cari di internet asal usul lembaganya, kalau tidak jelas mending tidak usah,” tegas dia.
Tidak ada cara lain, kata dia, selain mengimbangi gerakan mereka dengan cara menebar semangat perdamaian dimana-mana, termasuk di media sosial. Meski dalam upayanya tersebut dia juga kerap mendapat ancaman dan pressure dari sisa-sisa rekan lamanya yang masih bergabung disana.
”Saya sendiri sudah insyaf. Ini adalah ikhtiar saya kembali ke jalan yang lurus, membela NKRI meski saya juga terus mendapat pressure dan ancaman oleh mereka yang masih ‘merah’,” ungkapnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim