Jejak Sejarah Penjara Kalisosok: Bandul Bola Besi yang Diikat di Kaki hingga Makanan Enak dalam Bui

Tampak bagian depan dan halaman dari Penjara Kalisosok yang terletak di Jalan Kasuari Nomor 5 Krembangan Kota Surabaya, Kamis (08/07/2021). (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

SURABAYA, Tugujatim.id – Membahas perjuangan arek-arek Suroboyo, gencatan senjata antar serdadu, perang alutsista, invansi wilayah serta kemerdekaan negara, tak pernah lepas dari perbincangan soal tahanan dan penjara. Salah satunya, ‘Penjara Kalisosok’ yang ada di Jalan Kasuari Nomor 5 Krembangan Kota Surabaya.

Dibangun tahun 1750, sejak masa kongsi dagang ‘Vereenigde Oostindische Compagnie’ (VOC). Merupakan penjara yang dipakai secara aktif pada masa penjajahan Belanda hingga Jepang. Tatkala revolusi tahun 1945, penjara tersebut mengalami insiden ‘Kapten Huijer’ yakni peristiwa saat wakil sekutu menginjakkan kaki pertama kali di Kota Surabaya hingga menjadi lokasi para pejuang ditahan.

Penjara Kalisosok dulu menjadi tempat penahanan tokoh-tokoh penting kemerdekaan RI seperti Soekarno, Wage Rudolf Supratman, Kiai Haji Mas Mansur, HOS Cokroaminoto, dan sosok pentolan lainnya. Terletak di Surabaya Utara, Penjara Kalisosok dibangun saat masa penjajahan Belanda di Indonesia. Bangunannya kini sudah tampak tua, ada di tepi jalan raya, tak banyak menjadi perhatian pengendara.

Lebih dalam, Prof Dr Purnawan Basundoro SS MHum, selaku Dosen Departemen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sekaligus Ahli Cagar Budaya menegaskan bahwa aktivis pers keturunan Tionghoa Kwee Tiam Tjing juga pernah mendekam di penjara tua itu.

“Wujud penjara zaman kolonial di Kota Surabaya yang dikenal dengan nama ‘Penjara Kelisosok’. Di penjara tersebut pula, aktivis pers keturunan Tionghoa bernama Kwee Tiam Tjing, disekap selama beberapa bulan,” terangnya, Kamis (08/07/2021).

Tampak bagian depan dan halaman dari Penjara Kalisosok yang terletak di Jalan Kasuari Nomor 5 Krembangan Kota Surabaya, Kamis (08/07/2021). (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Tampak bagian depan dan halaman dari Penjara Kalisosok yang terletak di Jalan Kasuari Nomor 5 Krembangan Kota Surabaya, Kamis (08/07/2021). (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Di sisi lain, Tugu Jatim mengamati bangunan Penjara Kalisosok yang telah masuk di kategori Cagar Budaya Kota Surabaya itu begitu lusuh dan tidak terawat. Arsitektur, desain dan bentuk bangunan masih tampak seperti nada-nada kolonialisme masa lampau. Tapi, dinding, pintu, pelat, atap dan pagar tampak kusam hingga berkarat.

Prof Purnawan menjelaskan bahwa di dalam Penjara Kalisosok ada ruang berukuran kecil. Yang mungkin hanya muat dua-tiga orang saja. Tugu Jatim membayangkan, betapa berdesak-desakan, sumpek dan gerah suasana tahanan yang ada di dalam Penjara Kalisosok di masa itu.

“Ruang penjaranya amat kecil, karena ruang berukuran kira-kira 2,5 meter x 5 meter dibagi menjadi dua yakni depan dan belakang. Sehingga tak terbayangkan susahnya jika ruang tersebut diisi beberapa orang,” ujarnya.

Penjara Kalisosok Terkenal Menyeramkan

Selain itu, Penjara Kalisosok juga terkenal menyeramkan. Bukan karena angker dan berhantu, tapi karena ketatnya penjagaan yang ada di masa itu. Bahkan, Prof Purnawan menyebut bahwa setiap tahanan dipasang bandul bola besi di masing-masing kaki mereka agar tidak bisa berlari dan kabur.

“Penjara ini dikenal menyeramkan karena keketatannya. Bahkan, tahanan-tahanan tertentu diberi bandul bola besi supaya tidak lari. Tempo waktu saya berkempatan menerobos kawasan penjara yang sudah dimiliki oleh pihak ketiga. Kondisinya sudah rungsep karena tidak pernah dibersihkan,” ucapnya.

Menelisik jauh ke belakang, Prof Purnawan sempat menjelaskan bahwa ada dua jenis penjara di Kota Surabaya. Pertama, jenis Penjara Dalam Kota yang disebut ‘Binnenboei’ dan kedua, Penjara Luar Kota yang disebut ‘Buitenboei’. Karena posisinya di dalam Kota Surabaya, Penjara Binnenboei itulah yang kemudian diberi nama ‘Penjara Kalisosok’, yang kita jumpai sekarang.

“Sebelum penjara tersebut dibangun, di Kota Surabaya terdapat dua penjara, yang disebut ‘Binnenboei’ (penjara dalam Kota Surabaya, red) dan ‘Buitenboei’ (penjara luar Kota Surabaya, red),” tegasnya.

Tampilan Penjara Kalisosok di Surabaya. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Tampilan Penjara Kalisosok di Surabaya. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

“‘Binnenboei’ bertempat di lokasi yang kemudian dibangunlah Penjara Kalisosok, sedangkan ‘Buitenboei’ terletak di Pasar Besar. Namun, tahun 1845 Penjara ‘Buitenboei’ diusulkan untuk dibongkar untuk keperluan bangunan lain, sedangkan Penjara ‘Binnenboei’ akan diperbesar,” tuturnya.

Pada tahun 1845, jelas Prof Purnawan, Penjara Binnenboei itu diajukan untuk diperluas dan dibesarkan. Usulan itu disetujui pada 1848, dibangun berbagai infrastruktur di dalam Penjara Kalisosok yang menghabiskan 60.000 Gulden setara Rp 480 juta dalam kurs tahun 2021.

“Usulan untuk memberbesar Penjara ‘Binnenboei’ yang terletak di Kalisosok diajukan pada Mei 1845, berupa rancangan bangunan penjara tersebut. Namun, usulan tersebut baru disetujui pada tanggal 04 April 1848, dengan persetujuan anggaran sebesar f 60.000 (mata uang Gulden dari Belanda, tahun 2021 per Gulden setara Rp 8 ribu, red),” jelasnya.

Lantas, tahun 1849 ada lokasi 12 ruang tahanan baru hasil pembangunan tahun 1848. Seluruh upaya pembangunan infrastruktur Penjara Kalisosok selesai pada 1850, lalu aktif digunakan. Sedangkan, jelas Prof Purnawan, Penjaran Buitenboei yang ada di Luar Kota Surabaya dibongkar total.

“Sesudahnya penjara kemudian mulai dibangun, tahun 1849 sudah siap untuk 12 ruang tahanan. Tahun 1850 seluruh bangunan penjara telah selesai dibangun dan mulai digunakan. Pada tahun itu juga Penjara ‘Buitenboei’ dibongkar total,” bebernya.

Yang menarik, menurut Prof Purnawan dari hasil data-data sejarah yang dilaporkan dari anggota militer Belanda saat itu, Penjara Kalisosok merupakan lokasi yang paling nyaman dan lengkap fasilitas berikut makanan yang disediakan. Bahkan, imbuh Prof Purnawan, tahanan pribumi yang ditempatkan di Penjara Kalisosok, bersaksi bahwa mereka diberi makanan yang enak dan jarang ditemui di kehidupan sehari-harinya.

“Anehnya, sebagai sebuah penjara, Penjara Kalisosok dianggap terlalu nyaman untuk para penjahat. Anggota militer Belanda yang ditahan selalu melaporkan tentang kamar yang nyaman, kebun yang bersih dan makanan yang enak,” tegasnya.

“Bahkan menurut orang-orang Bumiputra yang ditahan, bahwa makanan yang dihidangkan di penjara sangat jarang mereka temui dalam kehidupan (sehari-hari, red),” pungkasnya.