Jualan saat Ramadhan, Pakar Ekonom Unair Surabaya Ingatkan Jangan Pakai Utang Modal

Jualan saat Ramadhan.
Ilustrasi jualan takjil saat Ramadhan. (Foto: Izzatun Najibah/Tugu Jatim)

SURABAYA, Tugujatim.id Ramadhan memang menjadi momen yang paling dinanti masyarakat. Tidak hanya sebagai waktu untuk memperbanyak pahala dari puasa, mengaji, atau berbagai, juga bisa menjadi momen yang bermanfaat dari segi ekonomi jualan saat Ramadhan.

Tak afdal jika berbuka puasa tidak dilengkapi dengan berbagai macam jenis takjil. Dalam bahasa Arab, takjil memiliki arti “menyegerakan” (untuk berbuka puasa). Namun, dalam pengertian lazimnya, masyarakat memaknai takjil sebagai hidangan pembuka sebelum menyantap nasi saat berbuka.

Nah, nyatanya, momen tersebut menjadi peluang besar bagi masyarakat untuk mendapatkan uang tambahan dengan jualan saat Ramadhan. Tak ayal, jika jelang Ramadhan, banyak ditemukan penjual makanan (takjil) dadakan. Secara akademis, mereka dapat disebut sebagai pedagang ultra mikro.

Barang yang dijual umumnya, minuman segar (es buah, sop buah, jus buah, es teh, es cincau, dan masih banyak lagi) dan makanan berupa camilan ringan, kue basah, atau gorengan.

“Ramadhan memberikan manfaat kepada banyak aspek, salah satunya ekonomi. Fenomena tersebut menandakan bahwa Ramadhan juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Pakar Ekonomi Unair Surabaya Shochrul Rohmatul Ajija pada Senin (20/03/2023).

Menurut dia, daya beli masyarakat saat Ramadhan cenderung naik dan terdistribusi. Hal tersebut juga didukung oleh aspek religiusitas. Di mana dalam ajaran Islam, Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak pahala dengan bersedekah.

“Jadi orang kaya akan menyedekahkan sehingga orang dalam kelompok masakin (miskin) mendapat income sehingga daya beli naik,” tuturnya.

Masyarakat akan menangkap fenomena ini sebagai peluang untuk berdagang atau berbisnis sehingga bermunculan usaha-usaha ultra mikro baru. Selain itu, para pengusaha akan memberikan penawaran barang untuk memenuhi permintaan sehingga terjadi titik keseimbangan.

“Banyak orang yang sudah merencanakan income-nya sebelum Ramadhan. Bahkan sudah mempersiapkan untuk Idul Fitri,” imbuhnya.

Dia berpesan kepada para pedagang agar mampu bertindak rasional dan paham pasar. Jadi, dapat menyetok barang secara efisien. Jangan sampai glorifikasi prospek usaha membuat para pedagang dadakan di bulan Ramadhan melakukan utang modal.

“Skema pembiayaan (utang) untuk usaha sporadic ini berbahaya. Karena utang akan ditanggung setelah Lebaran dengan alasan tertipulah, salah perhitungan, atau tidak laku,” ujarnya.

Sebab, usaha yang baru dirintis tidak memiliki kepastian jangka panjang. Jika menggunakan dana utang sebagai modal awal, sudah pasti harus dilunaskan. Apabila bisnis atau jualan saat Ramadhan gagal, maka dapat dipastikan pedagang atau pebisnis akan kerepotan untuk membayar utang.

Jadi, hal yang patut dicatat saat sebelum memulai usaha jualan saat Ramadhan, sebaiknya melakukan riset mendalam guna menghindari kerugian besar.