Tugujatim.id – Baperan parah barangkali salah satunya bersangkutan dengan soal hati ya guys. Terkadang kita nggak tahu pernah menyakiti seseorang dengan kata-kata maupun dengan sikap. Lalu gimana cara manajemen hati biar tidak terlalu sensitif dan merusak diri sendiri?
Berhati-hati perihal hati? Bukankah hanya sepotong daging? Namun jika hati rusak, maka yang lainnya akan rusak. Manusia memiliki sifat rasa sensitif berawal dari hati, bukan masalah “baperan” namun dari sana dapat merasakan segala rasa.
Melansir dari berbagai sumber, manusia terlahir sebagai makhluk hidup yang dibekali jasad, akal, dan hati. Perihal akal atau otak manusia merupakan bagian dari manusia yang dapat berfungsi untuk mengatur gerak-gerik anggota tubuh. Lalu, jasad ialah anggota tubuh yang berfungsi melakukan aktivitas, sedang ini yang sangat sensitif yaitu hati merupakan jiwa dari seorang manusia.
Sebagian ilmuwan pernah bicara bahwa hati merupakan otak kedua dari manusia. Secara biologis, hati yang menjadi salah satu organ pencernaan manusia memiliki peran untuk mengolah makanan dan minuman yang masuk ke tubuh manusia. Namun, apabila organ hati tidak dapat berfungsi dengan baik maka berbagai kondisi serius akan bermunculan. Hal ini serupa dengan perkataan orang nomor satu berpengaruh di dunia.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada sepotong daging. Apabila dia baik, maka baik pula seluruh tubuh, dan bila dia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, sepotong daging itu ialah hati.” (HR. Bukhori – Muslim)”
Setiap tindakan manusia digerakkan oleh otak namun hati menjadi bagian penentu apa yang ingin dilakukan. Contohnya otak melalui saraf motorik menggerakkan tangan untuk menulis dan hati menentukan apa yang ingin ditulis (keburukan atau kebaikan).
Karena itu, apabila keadaan hati baik, tindakan manusia akan menjadi baik pula serta kebaikan lainnya akan datang menghampiri. Dari sinilah peran manajemen hati agar hati dapat terjaga dalam kondisi yang baik.
Bagaimana sih Manajemen Hati Itu?
Pada dasarnya inti konsep manajemen hati (qalbu) memahami dan mampu mengendalikan diri. Hati menunjukkan watak tentang siapakah diri yang sebenarnya. Kita dapat mengambil kesimpulan dengan melalui qalbu seseorang mampu berprestasi semata jika hatinya bersih.
Dasar dari sebuah manajemen hati ialah pengendalian diri, bisa jadi saat orang lain sukses memiliki apa yang mereka mau mungkin beberapa sebagian hati akan merasa iri dengki, tapi jika dapat mengelola rasa itu akan menjadi rasa syukur. Bersyukur dengan nikmati yang sudah dimiliki. Adapun yang dapat kamu lakukan untuk mengelola hati:
1. Mengenal Diri Sendiri
Ini langkah awal dari manajemen hati, kenali diri sendiri terlebih dahulu. Siapa diri ini? Apa yang kita tidak suka dan suka? Apa yang dimau? Mengenal diri akan membantu menemukan tujuan yang diimpikan dalam membentuk fondasi dasar hati yang kuat dalam proses manajemen hati.
2. Membersihkan Hati
Masuk di langkah kedua dengan manajemen hati ialah senantiasa berupaya menjaga hati yang bersih, seperti terapi dengan menjauhi prasangka buruk. Jika berburuk sangka hanya akan membuat pikiran menjadi stres lalu keruh dalam hati. Dimulai dengan berpikir perihal baik-baik dengan fokus mengerjakan hal yang menjadi tugas kita. Tentu saja, membersihkan hati merupakan rangkaian kegiatan menjauhi nilai-nilai keburukan.
3. Mengarahkan Potensi Menuju Kebaikan
Langkah ketiga, mengarahkan potensi yang kita punya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan. Kita dibekali oleh Tuhan nikmat tubuh yang sehat maka kurangi mengeluh yang tidak ada ujungnya, lakukan perbaikan pada diri, apa yang salah, perbaiki perlahan satu per satu, lakukan dengan perlahan mulai dengan bersyukur akan hal-hal kecil. Gali diri akan dengan lakukan yang positif, tetap semangat.
4. Konsisten
Perihal mengelola hati juga sangat erat hubungannya dengan Tuhan. Maka itu salah satu cara sukses dalam berkonsisten mengelola hati, hendaknya selalu melibatkan Tuhan atas aktivitas sehari-hari, dimulai dengan hal kecil selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas. Konsisten sangat berat, namun dengan teguh dalam pendirian apa yang ingin dicapai maka semua akan dijalani dengan mudah.
Demikian cara manajemen hati, perlu diingat kembali hati sangat penting, sensitif semua rasa dikelola oleh hati. Menjaga lisan ketika berbicara itu perlu, lidah memang tidak bertulang namun jika salah dalam berbicara akan membekas di hati dan melukainya.
Writer: Cindy Rahayu Jasmin (Magang)
Editor: Dwi Lindawati