KEDIRI, Tugujatim.id – Perebutan panggung di ruang udara antara kicauan burung dengan suara anak-anak yang bercerita dan bernyanyi di Sekolah Alam Ramadhani, Kelurahan Mojoroto, Kota Kediri, berlangsung sengit. Angin yang mengibaskan dedaunan pepohonan rimbun nan asri itu mengganti pertarungan suara antara kicauan burung dan anak-anak menjadi sebuah kemesraan alam.
Sedangkan di bawah pohon juga terpasang sebuah panggung berukuran sekitar 4×2 meter yang dihiasi membisunya para tokoh wayang. Mulai dari Rahwana, Sinta, Pandawa, hingga Punakawan berdiri sejajar di atas potongan-potongan pohon pisang.
“Iki lho aku kembang telang, ngerti ra gawe opo (Ini aku bunga telang, tahu tidak untuk apa?),” tanya seorang dalang anak yang memegangi wayang dari kardus pada Jumat (05/11/2021).
Ada tiga wayang berukuran sedang di panggung itu. Satu wayang dengan satu bunga. Ada yang berhiaskan bunga kamboja, ada yang berhiaskan bunga telang, dan bunga melati yang menempel di kepala wayang-wayang itu.
“Ini bisa buat teh yang punya manfaat top, mengurangi stres, menyembuhkan asma dan diabetes,” ungkap bocah berkemeja hitam sambil tersenyum.
Suaranya yang malu-malu membuat obrolan di atas panggung itu penuh improvisasi. Tidak jarang kedua dalang kecil itu tertawa karena mencampurkan bahasa Jawa dan Indonesia. Namun, keriangan bercakap mereka pun dinikmati puluhan wali murid dan anak-anak yang datang ke Sekolah Alam Ramadhani pada Jumat (05/11/2021). Kegiatan ini memang ditujukan untuk memperingati Hari Wayang yang semestinya jatuh pada Sabtu (07/11/2021).
Seorang pendamping kelas bernama Liana Dwi Fianty yang mengikuti jalannya acara tersebut tidak bisa menyembunyikan raut kegembiraannya. Beberapa kali dia tersenyum ketika diwawancarai Tugu Jatim seusai kegiatan.
“Bahkan, ini tadi banyak yang berkembang dari alur cerita dan percakapan yang mereka susun waktu persiapan,” ungkap Lia.
Dia menjelaskan, materi dan pembuatan wayang ini diambil dari lingkungan sekolah.
“Kebetulan lingkungan sekolah kami masih alami banget. Jadi, kami mengenalkan kepada anak-anak bahwa wayang itu tidak hanya wayang kulit, tapi bisa diambil dari media sekitar,” terangnya.
Dia mengatakan, wayang yang anak-anak buat itu ada beberapa jenis, yakni wayang dari hewan, sampah, daun, rumput, dan bunga. Lalu, dia mengatakan, anak-anak dibiarkan untuk mengeksplorasi cerita yang mereka inginkan.
Bagaimana sih cara membuat dan menggali ceritanya? Mendapatkan pertanyaan ini, Lia menjelaskan, alur cerita mereka membuatnya dengan menentukan tema terlebih dulu dan dilanjutkan mencari informasi atau meriset kepada pendamping sekolah dan warga sekitar.
“Dari tahapan riset dan mencari tahu, baru mereka akan membuat cerita, bebas saj ingin membuat seperti apa, seperti daun mereka bisa mencari manfaat daun,” ujar Lia.