Keutamaan Puasa Ramadhan, Latih Kepribadian Bernilai Kesalehan Sosial

Puasa Ramadhan.
Ilustrasi Ramadhan. (Foto: Pixabay)

TUBAN, Tugujatim.id Suasana puasa Ramadhan yang syahdu pada 2023, membuat masyarakat begitu bersemangat. Salah satu rukun Islam ini merupakan kegiatan sukarela seseorang dengan cara menahan diri dari segala yang membatalkan, baik makan, minum, dan perkara lainnya.

Allah SWT memerintahkan umat islam untuk berpuasa, perintah itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Perintah melaksanakan puasa Ramadhan tujuannya adalah agar umat Islam menjadi orang-orang yang bertakwa. Di antara ciri-ciri takwa sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imron Ayat 34-35.

ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِینَ

Yaitu:
1. Mereka yang mau berinfak baik dalam kondisi longgar rezeki ataupun dalam kondisi krisis.
2. Orang yang mampu menahan marah.
3. Orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain.
4. Dan orang-orang yang jika melakukan kesalahan/maksiat mereka ingat Allah dan memohon ampun kepada-Nya.

Katib Syuriah PCNU Tuban Kiai M. Arifuddin menjabarkan dari keempat ciri itu sangat erat kaitannya dengan kesalehan sosial. Pertama, dermawan dengan memiliki kepekaan sosial, yang kedua menahan amarah tidak mudah menghujat orang lain.

Selanjutnya membangun hubungan yang harmonis pada masyarakat dengan cara mau memaafkan kesalahan orang lain. Dia mengatakan, puasa Ramadhan ini ada nilai mulianya.

“Pemahaman ayat di atas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa puasa Ramadhan ini sebenarnya punya maksud dan nilai yang sangat mulia,” ucap Kiai Arif, sapaan akrabnya, pada Jumat (24/03/2023).

Nilai yang tidak hanya terbatas pada pembentukan pribadi-pribadi yang saleh. Namun, juga membentuk character building sebuah masyarakat (bangsa) yang saleh dan kokoh. Sebab, puasa sebenarnya sarat dengan pesan etika kesalehan sosial yang sangat tinggi. Seperti pengendalian diri, disiplin, kejujuran, kesabaran, solidaritas, dan saling tolong-menolong.

“Ini merupakan sebuah potret yang mengarah kepada eratnya kesalehan pribadi dengan kesalehan sosial,” ujarnya.

Ketika sudah dapat menangkap nilai yang terkandung dalam puasa, maka diharapkan akan mampu membebaskan diri kita dari bayang-bayang egoisme dan menghayati kembali nilai-nilai fitrah suci dalam diri kita.

“Kita sebenarnya telah tersadar akan posisi diri sebagai makhluk sosial sejatinya harus peka dengan problematika kehidupan sosial yang ada di sekitar,” terangnya.

Dalam arti tidak lagi berpangku tangan dan justru akan menjadi ringan tangan membantu sesama yang masih dirundung duka dan nestapa.