MOJOKERTO, Tugujatim.id – Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati resmi melepas pemberangkatan calon jemaah haji (CJH) asal Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada Rabu (21/6/2023) sore.
Pemberangkatan ini diikuti oleh kloter 81, 82, dan 83. Kloter 81 terdiri dari 400 jemaah, kloter 82 terdiri dari 450 jemaah, dan kloter 83 terdiri dari 270 jemaah. Sebanyak 26 armada bus disiapkan untuk memberangkatkan jemaah menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Jawa Timur.
“Hari ini kami berangkatkan kloter 81, 82, dan 83,” kata Ikfina, pada Rabu (21/6/2023).
Pantauan Tugu Jatim, jemaah sudah memasuki area Pendopo Kabupaten Mojokerto sejak pukul 10.00 WIB. Para jemaah kemudian memasukkan koper ke dalam bus sembari dibantu salah satu keluarga jemaah.
Ikfina menambahkan, pelaksanaan pemberangkatan haji tahun ini tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, pemberangkatan ini terasa istimewa karena sempat tidak ada pemberangkatan haji akibat pandemi Covid-19 sebelumnya.
“Tidak berbeda, masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya kalau pemberangkatan haji ini. Namun, terasa spesial karena sebelumnya sempat tidak ada pemberangkatan karena harus menghadapi pandemi Covid-19,” ucapnya.
Pada pemberangkatan kali ini masih tersisa satu kloter. Hal ini dikarenakan Kabupaten Mojokerto masuk daerah penyangga, sehingga kloter terakhir kemungkinan akan berangkat bersama daerah lain. “Karena sebagai daerah penyangga, masih ada kloter yang belum berangkat,” jelas Ikfina.
Tidak seperti pemberangkatan haji sebelumnya, tahun ini Kabupaten Mojokerto mempunyai banyak jemaah lanjut usia (lansia). Jemaah lansia ini membutuhkan perhatian, baik dari tenaga medis maupun dari rekan sesama kloter.
“Karena banyak jemaah lansia, tentu kami berharap jemaah satu dengan yang lain dapat saling support, saling menjaga, saling mendukung. Terkait tenaga medis juga sudah siap melayani jemaah lansia nanti,” pesannya.
Meski demikian, sempat terjadi perubahan kuota haji di Kabupaten Mojokerto. Pasalnya, terdapat beberapa jemaah yang menunda pemberangkatan. Sebabnya beraneka macam, mulai dari faktor ekonomi, karena pendamping hajinya tidak ikut berangkat, sakit, hamil, dan masih banyak lagi.
“Kalau soal kuota memang sempat beberapa (jemaah) memutuskan untuk mundur, menunda berangkat. Mulai dari karena pendampingnya tidak berangkat, karena sakit, karena hamil, macam-macam,” tandas Ikfina.