JEMBER, Tugujatim.id – Sebagai tradisi yang erat kaitannya dengan dunia pesantren untuk menyampaikan dakwah dalam ajaran agama Islam, Nadzam jadi media edukasi PKRS (Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas) di Jember. Nadzam menjadi pembelajaran dalam dunia pendidikan yang lebih luas.
Di Kecamatan Silo dan Ledokombo, Kabupaten Jember, Nadzam menjadi media alternatif Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat. Diinisiasi Non-Government Organization (NGO), SuaR Indonesia, kegiatan melantunkan Nadzam PKRS diikuti enam SMP yang tersebar di dua kecamatan.
“Masing-masing kecamatan terdapat tiga sekolah, di mana empat di antaranya di bawah naungan Dinas Pendidikan dan dua sekolah di bawah Kemenag,” ujar Project Officer SuaR Indonesia, Budiman Widyanarko, pada Kamis (6/9/2024).
Budiman Widyanarko mengungkap bahwa, dalam menciptakan sebuah inovasi pendidikan perlu disesuaikan dengan potensi yang ada di masyarakat sekitar. Termasuk Nadzam yang berkaitan erat dengan pesantren dan Kabupaten Jember sendiri memiliki banyak lembaga pendidikan Islam.
“Jadi kita itu ada namanya inovasi produk pengetahuan, ada permainan tradisional, pake congklak, ular tangga untuk edukasi. Salah satunya adalah inovasi ini masuk ke nadzam, karena dua CO (Community Organizer, Red) kami berbasis di pondok pesantren,” jelas Budiman Widyanarko.
Selain itu, tebalnya modul PKRS yang diterbitkan Kemendikbud Ristek menjadi alasan SuaR Indonesia mengemas materi pembelajaran dengan sederhana dan mudah diingat para peserta didik. Salah satunya melalui nadzam.
“Ini jadi strategi efektif, efisien, friendly, dan menarik, orang menyanyi, melantunkan isi-isi dari materi dari modul ini (PKRS, Red), jadi harapannya bisa terinternalisasi dan akan mudah diingat karena sering diucapkan dan dilantunkan,” jelasnya.
Sementara itu, Community Organizer SuaR Indonesia, Muhammad Alfin Mudatsir, menjelaskan secara teknis proses penyusunan Nadzam PKRS. Menurutnya, tidaklah mudah menyusun Nadzam secara tematik. Alfin dan tim penyusun harus mengacu pada berbagai ilmu agama, seperti fiqh, tauhid, tasawuf, tafsir, hingga hadits. “Lirik nadzam itu tidak bisa sembarangan, harus ada rujukan dan referensinya,” kata Alfin.
Dirinya juga mengungkap beberapa alasan pihaknya memilih nadzam PKRS yaitu dengan mengacu pada tingginya perkawinan anak, kekerasan gender, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, nadzam PKRS disusun dengan padat, “mulai dari edukasi tentang proses menuju kedewasaan hingga pembahasan kesetaraan gender,” pungkas Alfin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Diki Febrianto
Editor: Darmadi Sasongko