TRENGGALEK, Tugujatim.id – Kompensasi terhadap emisi gas buang (gas karbon) yang dihasilkan, tiga pilar (TNI, Polri, dan pemerintah) di Kabupaten Trenggalek melakukan penanaman sejuta pohon. Sasarannya yaitu di destinasi Wisata Banyu Lumut, Desa Tegaren, Kecamatan Tugu.
Kegiatan penanaman pohon ini merupakan tindak lanjut dari surat edaran bupati Trenggalek yang mewajibkan setiap warga menanam pohon sebagai bentuk kompensasi atas gas karbon yang dihasilkan dalam aktivitas setiap hari.
Ternyata tanpa disadari, aktivitas yang kita lakukan setiap hari ternyata menghasilkan gas karbon yang bila tidak dikendalikan akan berpengaruh pada keberlangsungan alam. Sebab, ancaman kerusakan alam inilah yang menjadikan bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin mengeluarkan surat edaran mengenai kompensasi itu. Tujuannya untuk menyelamatkan alam bagi generasi penerus dengan mendorong Kabupaten Trenggalek menjadi Kota Hijau.
“Kami memang menargetkan Trenggalek menuju Kota Hijau. Mengukur indikator kinerja Kabupaten Trenggalek, salah satunya melalui Kota Hijau itu,” ungkap kepala daerah yang erat disapa Gus Ipin itu di Wisata Banyu Lumut, Jumat (28/01/2022).
Bersama-sama dengan Komandan Kodim 0806 Trenggalek Letkol Kav Peddy Dwi Prasetyo dan Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputra, bupati muda itu menambahkan indikatornya juga termasuk ruang terbuka hijau.
“Di dalamnya termasuk diatur ruang terbuka hijau (RTH). Terus kadar oksigen ditingkatkan, salah satu langkahnya dengan memberlakukan penanaman pohon,” lanjutnya.
Pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran, setiap individu di Trenggalek wajib menanam pohon, minimal 1 tahun disesuaikan dengan besarnya aktivitas. Semakin tinggi jabatannya, semakin tinggi aktivitasnya, sehingga semakin tinggi polusi yang diakibatkan maka semakin banyak pohon yang ditanam.
“Seperti kami, untuk bupati minimal 50 batang pohon setahun. Ini dilakukan sampai tingkatan paling bawah dan masyarakat minimal 1 pohon satu tahun,” terangnya.
Jadi, itu yang sedang pihaknya lakukan dan jenis pohon disesuaikan dengan kontur wilayah. Kalau pesisir harus bisa berfungsi sebagai green belt. Di perbukitan, pohon yang bisa menahan air dan longsoran dan di beberapa tempat seperti tempat pariwisata ditanami buah sehingga nanti bisa menjadi spot wisata juga.
Tentunya, harapan kami karena ekonomi Trenggalek ini berbasis ekonomi hijau. Kita tahu di dunia ada karbon trading dan di Indonesia semoga ada insentif bagi daerah yang memproduksi oksigen tinggi dengan banyaknya menjaga ruang kawasan hijau.
“Kemudian buahnya bisa diolah, seperti bambu bisa digunakan untuk sandang, pangan, papan, sehingga ada ekonomi yang bergerak juga,” ujarnya.