MALANG, Tugujatim.id – Lesbumi NU Kota Malang bekerja sama dengan RW 07 Genting, Merjosari, mengadakan acara Mbeber Klasa pada Jumat (07/07/2023). Mbeber Klasa adalah acara bulanan Lesbumi Kota Malang setiap tanggal tujuh malam.
Ketua Lesbumi Kota Malang Fathul H. Panatapraja mengatakan, Mbeber Klasa adalah diskusi atau jagongan yang terinspirasi dari salah satu tembang dolanan. Fathul juga melantunkannya seperti ini.
“Ee dayohe teko, ee beberna klasa, ee klasane bedah, ee tambalen jadah…(Ee tamunya datang, ee menggelar tikar, ee tikarnya jebol, ee ditambal saja),” ujarnya.
Dia melanjutkan, bahwa setiap peristiwa datangnya tamu pasti terjadi perbincangan, entah mengabarkan kegembiraan, mencari solusi atas persoalan, atau membicarakan sebuah perencanaan. Begitu pula di Mbeber Klasa edisi kali ini, dia menjelaskan, akan membincangkan sebuah topik tentang air dan pohon.
Baca Juga: 7 Tips Desain Cafe Outdoor Halaman Rumah, Bikin Betah dan Instagramable Banget!
Menurut Fathul, air dan pohon merupakan dua hal yang mencerminkan keseimbangan, air bisa dimaknai lautan-kemaritiman, dan pohon bisa bermakna hutan-agraris. Dia menambahkan, air dan pohon bisa melambangkan periodisasi dakwah Islam di Nusantara, dari periode Ngeksintara (pesisir utara laut Jawa) menuju Ngeksiganda (pedalaman hutan bagian selatan).
Air dan Pohon: Saling Memberi, Saling Membersamai. Itulah topik perbincangan pada Mbeber Klasa kali ini yang terinspirasi dari kekayaan alam dan potensi yang dimiliki masyarakat Genting. Saat memberi sambutan, Ketua RW 07 Dusun Genting Darmajii menyampaikan bahwa masyarakat Genting ingin mengelola potensi yang dimiliki, khususnya Sumber Serut.
Dia berharap kelak sumber ini bisa menjadi tempat wisata sehingga semakin banyak kemanfaatan dan semakin banyak yang merawatnya.
“Jika sumber ini terawat, maka kebersamaan kita bersama air atau alam semakin terjaga,” ungkapnya.
Dalam acara ini dihadiri tiga narasumber, yakni akademisi dan pemerhati lingkungan Ir Suyo Tri Harjanto MT, tokoh masyarakat Dusun Genting Mislan, dan Dewan Pakar Lesbumi NU Kota Malang Ki Sutak Wardiono.
Di awal penyampaian, akademisi dan pemerhati lingkungan Ir Suyo Tri Harjanto MT menyampaikan gambaran umum tentang alam, komposisi bumi, dan lautan, dan ikhwal yang melingkupinya. Juga peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi dari dampak kesalahan manusia dalam mengeksploitasi alam yang tidak berkesudahan.
Dia juga membahas pentingnya air bagi makhluk hidup, khususnya manusia. Di akhir penyampaian, Suryo memuji kegiatan tersebut dengan diselingi kelakar.
“Ada biasanya yang membahas atau melakukan seminar tentang kemiskinan lokasinya di hotel. Tapi, kali ini sangat cerdas membahas air dan pohon lokasinya di mata air, di alam langsung. Ini kegiatan yang cerdas,” tutupnya.
Baca Juga: Mau Kuliah Gratis? Daftarkan Dirimu Lewat Jalur KIP Unikama 2023
Sementara itu, tokoh masyarakat Dusun Genting Mislan memberikan wawasan sejarah lokal dan cerita-cerita masa lalu yang terjadi di Genting. Khususnya tentang hubungan antara warga masyarakat dengan air di Sumber Serut.
Betapa dekatnya, betapa sangat membutuhkannya. Sutak sebagai narasumber ketiga memberikan paparan tentang nilai-nilai filosofis akan kehidupan, sejarah pohon di belahan dunia, dan hal-hal yang sangat erat berkaitan dengan hubungan alam dan keimanan kita terhadap Allah SWT.
Acara tersebut sangat ramai dihadiri banyak pihak. Selain dari warga, juga dari para tokoh adat, pelestari budaya, dan pemerhati lingkungan di Malang Raya. Suasana yang tercipta sangat hangat dan ramai, saling bersahutan dalam merespons materi perbincangan, juga saling bertanya dan menawarkan solusi.
Para peserta sangat terlihat nyaman dan tidak terganggu sedikit pun walaupun lokasi acaranya di area kompleks pemakaman warga.
Acara ditutup dengan statemen akhir dan penampilan dari Bejo Sandi dan Mbah Karjo. Dua seniman tersebut memberikan semangat kepada semua yang hadir untuk terus melangkah bersama dalam perjuangan budaya dan menjaga keseimbangan alam. Bejo Sandi, Mbah Karjo, dan Ki Sutak menutup acara dengan menyenandungkan tembang tolak balak dan doa-doa penjagaan untuk semua makhluk.
Editor: Dwi Lindawati