Makin Viral, Dosen dan Guru Perlu Waspada dengan ChatGPT

chatgpt tugu jatim
Tangkapan layar ChatGPT. Foto: Hanif Nanda/Tugu Jatim

Tugujatim.id – Kecerdasan buatan atau AI menyentak perhatian publik melalui munculnya chatbot ChatGPT. Munculnya ChatGPT bisa dibilang pencapaian luar biasa dan berdampak luas karena masih disediakan secara gratis. Dikatakan luar biasa karena kemampuan ChatGPT yang dibilang lebih natural daripada chatbot yang lain.

Program ChatGPT menggunakan model bahasa yang ketika menjawab pertanyaan mampu menghasilkan tata kata yang masuk akal atau realistis. Jawaban yang dihasilkan ChatGPT terasa mengobrol dengan manusia.

Bagi dosen dan guru (pendidik), munculnya program di atas bisa menjadi potensi kecurangan. Hal itu bisa terjadi saat menyelesaikan tugas sekolah atau kuliah yang diberikan di luar jam pelajaran. Maka tak heran beberapa negara sudah mencekal ChatGPT sebagai langkah antisipasi.

Karena sulit dideteksi, pendidik akan kesulitan menilai tugas yang diselesaikan siswa atau mahasiswa. Bila mau curang, siswa atau mahasiswa bisa menggunakan ChatGPT karena dirasa memiliki bahasa yang masuk akal.

Sebagai contoh, saat ChatGPT mendapat pertanyaan bagaimana menanam padi, jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut:

“Untuk menanam padi, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Persiapkan lahan: pastikan tanah bersih dari gulma dan rumput, dan bersihkan selokan air.
2. Rendam benih padi selama beberapa jam untuk mempercepat proses pertumbuhan.
3. Buat lubang tanam dengan jarak yang sesuai dengan spesies padi yang ditanam.
4. Tanam benih padi dan tutup dengan tanah.
5. Airilah tanaman setiap hari hingga tanah tetap lembab.
6. Tanam padi pada saat musim hujan dan pastikan tanaman memperoleh cukup air dan nutrisi.
Catatan: Teknik dan jarak tanam padi bervariasi tergantung pada spesies dan metode budi daya yang dipilih. Sangat disarankan untuk mencari informasi lebih lanjut dan berkonsultasi dengan ahli pertanian setempat”

Dengan sedikit modifikasi, jawaban di atas cukup untuk mengelabui pendidik. Bila tak cakap, jawaban di atas pasti lolos dan yang bersangkutan akan mendapat nilai yang memuaskan.

Bila dibiarkan, pendidik akan mendapat tantangan serius. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan membuat deteksi kecurangan jadi makin sulit. Imbasnya kemampuan dan wawasan siswa dan mahasiwa sukar dibedakan.

Bagi para pendidik, solusi sementara ketika menghadapi penyalahgunaan ChatGPT adalah dengan meningkatkan pengetahuan pendidik dengan banyak membaca dan berselancar di dunia maya. Dengan demikian akan memicu pikiran untuk bisa mengenali kata-kata kunci yang digunakan oleh siswa dan mahasiswa. Selain itu, hal tersebut juga berguna untuk menentukan apakah hasil kerja mereka merupakan buah pikiran mereka sendiri atau menggunakan bantuan seperti ChatGPT atau jasa orang lain.

Solusi lain dalam mengantisipasi kecurangan yang mungkin dilakukan siswa dan mahasiswa adalah penggunaan cara tradisional seperti melakukan ujian atau memberikan tugas yang dikerjakan secara langsung dengan pena dan kertas. Cara lain juga bisa dilakukan seperti melakukan ujian lisan.

Akhirnya, eksistensi ChatGPT akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik untuk menilai siswa dan mahasiswa dengan membuat tugas yang lebih kreatif, bermutu, serta sulit digandakan.