Tugujatim.id – Film horor terbaru, Marni: The Story of Wewe Gombel mengisahkan kengerian dan ketegangan yang diilhami dari legenda urban Indonesia. Film ini mengeksplorasi sosok Wewe Gombel, arwah wanita pendendam yang terkenal dalam cerita rakyat sebagai penculik anak-anak.
Namun, film ini menawarkan lebih dari sekadar horor. Di balik ketakutannya, terselip kisah pilu tentang ketidakadilan dan cinta seorang ibu yang direnggut. Disutradarai oleh sutradara Indonesia yang berpengalaman, Marni menghadirkan emosi mendalam yang membuat penonton tidak hanya merasakan teror tetapi juga simpati terhadap karakter utamanya.
Dibintangi oleh Ismi Melinda sebagai Marni, sosok yang memancarkan penderitaan dan dendam, Amanda Rigby sebagai Anissa, Hannah Al Rasyid sebagai Rahayu dan Athar Barakbah sebagai Aan, setiap karakter dalam film ini memperkuat intensitas cerita yang mencekam.
Penonton diajak melihat bagaimana legenda mistis ini bisa menjadi metafora tentang kehilangan, rasa sakit dan penebusan. Film ini berhasil memadukan horor khas Indonesia dengan cerita emosional yang menegangkan, menciptakan pengalaman menonton yang mendalam sekaligus menakutkan bagi para pencinta film horor.
Sinopsis Marni: The Story of Wewe Gombel
Marni: The Story of Wewe Gombel mengisahkan kehidupan tragis seorang perempuan bernama Marni yang bekerja sebagai penjual jamu gendong di sebuah desa kecil. Marni dikenal sebagai sosok yang cantik, dan pesonanya menarik perhatian banyak pria, termasuk seorang ayah dan anak dari keluarga terpandang di desanya.
Meskipun ia hidup sederhana, kecantikannya menjadi sumber permasalahan. Tanpa menikah, Marni hamil dan akhirnya melahirkan seorang anak. Hal ini menggemparkan masyarakat desa yang saat itu sangat konservatif dan tidak mentolerir hal-hal yang dianggap mencemarkan nama baik.
Warga desa memandang Marni sebagai ancaman bagi tatanan keluarga yang ada, terutama karena ia dianggap mengganggu rumah tangga salah satu keluarga terpandang. Berita mengenai kehadiran anak dari hubungan tanpa status ini memicu kemarahan masyarakat. Tanpa belas kasih, warga menghakimi Marni secara sepihak dan mengusirnya dari desa.
Keadaan menjadi semakin mengerikan saat massa yang marah memisahkan Marni dari bayinya, seolah-olah mencabut satu-satunya yang dimiliki. Dalam keadaan tak berdaya, Marni menghadapi hukuman fisik yang menyebabkan kematiannya.
Dengan hati yang penuh kemarahan dan dendam, Marni bersumpah akan kembali untuk membalas ketidakadilan yang dialaminya, terutama dendam kepada mereka yang memisahkannya dari sang anak. Puluhan tahun setelah tragedi ini, desa tempat Marni tinggal mulai dihadapkan dengan kejadian aneh yang mencengangkan.
Sejak kematian Marni, banyak anak di desa tersebut hilang secara misterius. Kejadian-kejadian ini berlangsung tanpa ada jejak yang dapat ditemukan, dan anak-anak tersebut lenyap tanpa ada yang kembali. Kejadian ini berlangsung selama bertahun-tahun, dan desa mulai dihantui oleh kisah-kisah tentang arwah Marni yang berubah menjadi sosok Wewe Gombel, sosok yang menurut mitos setempat adalah roh yang menculik anak-anak.
Setelah sekian lama, teror itu sempat mereda hingga suatu hari pada tahun 2024, peristiwa serupa kembali terjadi. Seorang anak hilang secara misterius, dan desa kembali dihadapkan pada perasaan ngeri dan ketakutan.
Warga desa pun terpaksa bersatu untuk mencari anak yang hilang dan mencari tahu kebenaran di balik legenda yang menghantui desa. Mereka percaya bahwa sosok yang menyebabkan hilangnya anak-anak ini adalah Marni yang telah bertransformasi menjadi Wewe Gombel dan datang kembali untuk menuntut balas.
Marni: The Story of Wewe Gombel tidak hanya menghadirkan kisah horor penuh ketegangan tetapi juga menyajikan lapisan emosi yang mendalam. Penonton disuguhkan perjalanan kehidupan Marni yang sarat penderitaan, mulai dari ketidakadilan yang ia alami hingga transformasinya menjadi roh pembalas dendam.
Film ini membawa penonton untuk merasakan sakit hati dan kepedihan seorang ibu yang dipisahkan paksa dari anaknya, yang dalam kehidupannya hanya berjuang demi kebahagiaan kecil yang ia miliki. Dalam film ini, Ismi Melinda memperlihatkan kemampuan aktingnya yang mengesankan dalam menggambarkan karakter yang penuh rasa sakit dan kebencian.
Amanda Rigby memainkan peran sebagai Anissa, sementara Hannah Al Rasyid menjadi Rahayu, dan Athar Barakbah sebagai Aan. Setiap karakter yang muncul memperkaya jalan cerita yang gelap ini, menjadikannya pengalaman menonton yang penuh dengan ketakutan sekaligus empati.
Marni: The Story of Wewe Gombel menyajikan pengalaman horor yang berbeda dengan fokus pada tragedi dan dendam yang mendalam. Alih-alih menakuti dengan sekadar kejutan-kejutan khas horor, film ini juga menyentuh sisi emosional, membawa kita menyaksikan bagaimana rasa sakit yang berlebihan mampu mengubah seseorang menjadi roh pendendam.
Dengan plot yang mencekam serta cerita penuh emosi, film ini menjanjikan untuk membuat penonton terpaku dan terhanyut dalam ketegangan dan misteri dari awal hingga akhir. Dari banyak komentar yang mengomentari film ini, ada dari akun @FATIMA yang mengomentari tentang film ini
Menurut Saya Storyline nya sudah bagus.., film ini lebih kepada dendam perempuan kepada org Kampung yg merampas Anaknya,” tulis akun @FATIMA.
Ada juga komentar dari akun @Lismahnn yang mengungkapkan kekesalan nya dengan ending film ini. “Seru banget tpi Endingnya bener bener nanggung. kek nya ada season 2,” tulis akun @Lismahnn.
Jangan sampai ketinggalan! Saksikan Marni: The Story of Wewe Gombel di Netflix dan rasakan ketegangan serta emosi mendalam dalam kisah horor yang membawa legenda urban Indonesia ini ke layar kaca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis : Bhertian Jhoni Khairul/ Magang
Editor: Darmadi Sasongko