MALANG, Tugujatim.id – Suasana di Terminal Arjosari, Malang tampak tak seperti biasa. Lengang. Kegaduhan serta hiruk-pikuk penumpang di tempat itu seakan sirna. Padahal, menjelang Lebaran Hari Raya Idul Fitri, terminal yang terletak di Jalan Raden Intan Kota Malang tersebut biasanya selalu ramai dijejali penumpang.
Meski demikian, semenjak adanya aturan larangan mudik, suasana di Terminal Arjosari Malang tersebut bisa dianggap wajar. Bagaimana tidak, pemerintah telah secara resmi memperketat dan melarang aktivitas mudik terhitung mulai Kamis (6/5/2021) ini, hingga tanggal 17 Mei 2021 mendatang.
Berdasar pantauan reporter Tugu Malang, grup Tugu Jatim, aktivitas di kawasan yang semula ramai hilir mudik moda transportasi bus ini kini seolah senyap, bak terminal ‘hantu’.
Meski sejumlah unit bus dibolehkan beroperasi, dengan syarat hanya mengangkut penumpang non-mudik, namun faktanya sepi penumpang. Bangku ruang tunggu yang biasanya diisi jejeran orang kini sepi melompong. Sederet toko di kawasan ini juga memilih tutup selama masa pelarangan ini.
Sementara, di dalam kawasan terminal, sejumlah belasan bus terparkir mangkrak. Sejumlah sopir dan kernet tampak pasrah dan hanya bisa tidur-tiduran di bagasi bus.
Dedi Irawan termasuk sopir yang beruntung. Bus PO tempatnya bekerja bisa mendapat stiker khusus AKDP terbatas untuk bisa mengangkut penumpang selama masa larangan ini. ”Tapi ya gitu, penumpang sepi banget. Padahal kemarin-kemarin sudah mulai normal,” ujarnya pada reporter.
Hari ini saja, hasil dari ngetem selama 1 jam, dia masih baru dapat 7 penumpang saja. Mau gak mau, akhirnya bus jurusan Surabaya ini tetap berangkat. Dedi pun hanya bisa pasrah. ”Mau gimana lagi, kita juga butuh penghasilan. Ya semoga pandemi segera selesailah, biar bisa balik normal lagi, bisa kerja lagi,” akunya pasrah.
Hal senada dikatakan Yuliyanto, supir Bus Patas jurusan Malang-Jember, sedari ngetem sejak pagi, hanya ada 5 penumpang. Jumlah penumpang segitu kata dia tidak mungkin menutup biaya operasional.
”Akhirnya kita cancel, penumpang kami mohon balik kanan saja. Gak nutut mas gawe tuku solar (gak cukup buat beli bensin,” ujarnya.
Yulianto pun hanya bisa pasrah dan menunggu keajaiban. Kejadian ini juga sudah pernah dia alami pada lebaran tahun lalu yang bahkan saat itu bus dilarang beroperasi sama sekali.
”Udah 2 kali lebaran gak ada penumpang dan gak ada bantuan sama sekali dari pemerintah. Sampai sekarang saya agak ada terima sama sekali,” katanya.
Menanggapi hal ini, Kepala UPT Terminal Arjosari Hadi Supeno juga hanya bisa geleng-geleng kepala. Kondisi ini terbilang sepi sekali selama dia menjabat di UPT Terminal ini.
Sejauh hari pertama laranagan ini, total hanya ada 70 penumpang dari 6 bus AKDP yang beroperasi. Jumlah ini tak sepadan jika dibanding hari-hari biasa dimana sehari-hari total penumpang diangkut bisa mencapai 1.000 orang,
”Sebelumnya juga menurun. Tapi terhitung masih ramailah. Sekarang malah tambah sepi lagi, hanya ada 70 orang hari ini. Kalau biasanya ya bisa tembus 1.000 penumpang,” ujar Hadi.
Selama momen larangan mudik ini, kata Hadi, sejumlah unit bus masih tetap dibolehkan beroperasi. Jumlahnya terbatas dan itu ditandai dengan stiker yang ditempel di bagian depan kiri bus.