KEDIRI, Tugujatim.id – Kabupaten Kediri terkenal dengan bunga kaliandra yang berada di Lereng Gunung Wilis. Di sana juga masih menyimpan banyak sumber daya alam (SDA) yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat. Siapa sangka, sedikit masuk ke dalam hutan yang berada di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, selain disuguhi pemandangan yang indah dan udara yang masih segar, ada tanaman bunga kaliandra yang digunakan sebagai makanan lebah penghasil madu bernama “Madu Kaliandra”. Madu itu adalah produk madu unggulan di pasaran yang hanya ada di Kabupaten Kediri.
Untuk mencapai lokasinya, Anda harus menempuh sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota. Dengan jalanan menanjak khas pegunungan menjadi sensasi tersendiri untuk menuju ke sana.
Ya, bunga kaliandra yang benang sarinya panjang itu terlihat seperti ekor burung cenderawasih. Anda bisa menemukan 2 jenis bunganya, yaitu berwarna merah dan putih seperti nama produk yang disebut di atas, yakni Madu Kaliandra.
Beruntung, di awal Maret dapat menengok tanaman bunga yang hanya mekar pada Januari-Maret itu. Bersama salah satu peternak lebah asal Kecamatan Semen bernama Ulin Nikmah, tak hanya melihat bunga tapi juga menyaksikan puluhan peternak madu yang mengurusi lebahnya di daerah dengan ketinggian sekitar 567,20 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Kebetulan saat itu adalah musim panen budi daya madu. Dan di lokasi ini saja ada sekitar 1.200 kotak milik peternak,” ungkapnya sembari menunjukkan kotak berbagai warna yang merupakan sarang lebah madu pada Selasa (01/03/2022).
Ulin, sapaan akrabnya, sepanjang jalan menjelaskan soal bunga kaliandra yang dikenal sebagai tanaman pagar itu. Tak banyak yang tahu, ternyata bunga ini banyak tumbuh di Kabupaten Kediri. Luasnya hingga 50 hektare di Lereng Gunung Wilis bagian utara. Tak heran banyak peternak berbondong-bondong datang untuk memproduksi madu dengan kualitas premium dari bunga kaliandra.
“Bahkan, peternak dari luar Jawa datang untuk ikut budi daya lebah, seperti salah satunya dari Bali,” jelasnya.
Keunggulan madu dari bunga itu memang tidak diragukan lagi. Ulin mengatakan, ada perbedaan yang tidak dimiliki madu dari tanaman lain. Salah satunya dari segi warnanya, terlihat lebih kuning cerah. Selain itu, teksturnya lebih kental, rasanya lebih manis, dan tubuh langsung terasa hangat.
“Kalau madu dari bunga tanaman randu, ada asemnya. Kalau ini tidak ada,” ungkapnya.
Sayangnya, madu premium ini tidak dapat diproduksi setiap hari. Setahun hanya bisa diproduksi selama sekitar 3 bulan saja. Karena yang terbesar hanya di Kecamatan Semen itu. Jadi, tak heran harganya agak mahal dibanding madu jenis bunga yang lain.
“Kalau bunganya sudah tidak ada, kami pindah ke lokasi lain dengan bunga jenis lain sambil menunggu musim mekar bunga kaliandra datang kembali,” ujar Ulin.