MALANG, Tugujatim.id – Bagi Anda yang pernah mengunjungi atau tinggal di Malang, mungkin tidak asing lagi dengan nama Abdulrachman Saleh. Yap, nama tersebut diabadikan menjadi nama pangkalan TNI AU dan bandar udara yang berlokasi di Pakis, Kabupaten Malang atau 17 km arah timur dari pusat Kota Malang. Semasa hidupnya, Abdulrachman Saleh memiliki jasa yang besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Abdulrachman Saleh lahir di Jakarta, 1 Juli 1909. Beliau bersekolah di Hollandsch Indlandsche School (HIS) atau sekolah dasar berbahasa Belanda, kemudian melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Setelah lulus dari MULO, Abdulrachman Saleh menempuh studi di AMS (Algemene Middelbare School) dan kemudian melanjutkannya ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Akibat pembubaran STOVIA oleh pemerintahan Hindia Belanda sebelum beliau menyelesaikan studinya, maka beliau meneruskan pendidikannya di GHS (Geneeskundige Hoge School). GHS merupakan sekolah tinggi di bidang kedokteran.
Abdulrachman Saleh Pernah Belajar Ilmu Kedokteran
Melansir dari Liputan6, saat bersekolah di GHS ia mendalami ilmu fisiologi kedokteran (faal). Ilmu faal merupakan ilmu yang memelajari fungsi organ dan sistem organ pada tubuh manusia yang berkaitan dengan perilaku manusia. Atas kecerdasan dan kontribusinya di bidang fisiologi kedokteran, Abdulrachman Saleh dianugerahi penghargaan sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958.
Semasa berkuliah, beliau aktif dalam perkumpulan olahraga terbang dan berhasil mengantongi surat izin terbang. Tak hanya itu, beliau juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Abdulrachman Saleh menyiapkan pemancar radio yang diberi nama Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, kabar mengenai situasi dan kondisi hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat disiarkan ke seluruh penjuru dunia. Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, beliau mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.
Mandat Dirikan Sekolah Teknik Udara dan Radio
Sementara itu, melansir dari MiNews, menyebutkan bahwa pada tahun 1946, Abdulrachman Saleh diberikan mandat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun. Beliau turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angkatan Udara, beliau tidak meninggalkan profesinya sebagai dokter. Beliau tetap memberikan kuliah di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.
Kepahlawanannya diakui akibat Agresi Militer Belanda I pada 29 Juli 1947. Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang, mereka singgah ke Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Ketika pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpangi kedua pahlawan tersebut berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangannya telah mengantongi izin dari Inggris dan Belanda. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar.
Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962. Abdulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 November 1974. Selain diabadikan sebagai nama bandar udara, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu National Medical and General Biology Competition disebut Piala Bergilir Abdulrachman Saleh.