MALANG, Tugujatim.id – KH Abdurrachman Wahid atau Gus Dur berperan penting dalam kebebasan warga Tionghoa merayakan tahun baru Imlek. Andil Gus Dur dalam menghapuskan diskriminasi, lantas mambuatnya dinobatkan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.
Kegigihan Gus Dur dalam membuka keran keberagaman di Indonesia juga menjadi salah satu alasan Rektor Universitas Ma Chung, Prof Dr Murpin Josua Sembiring SE MSi mengagumi sosok presiden keempat Republik Indonesia itu.
“Saya ingat ungkapan bijak Gus Dur. Beliau menyampaikan ‘tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu’. Gus Dur sangat pro pada kebudayaan sosialisasi. Itu yang saya rasa perlu diteladani,” ujarnya, dalam Haul ke-13 Gus Dur, di Gedung Balai Pertiwi Universitas Ma Chung, pada Kamis (12/1/2023). Haul itu mengusung tema “13 Tahun Gus Dur Pulang, Bukan Pergi”.
Prof Dr Murpin Josua mengakui bahwa dalam sejarah, Universitas Ma Chung didirikan oleh tokoh-tokoh Tionghoa. Meski demikian, ia meyakini bahwa kampus ini adalah kampus multikulur yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan toleransi.
Maka, pihaknya berkomitmen untuk terus bersinergi dengan semua pihak untuk meningkatan mutu dan daya saing pendidikan sekaligus kebersamaan.
“Ini (Universitas Ma Chung) memang universitas Tionghoa tapi untuk Indonesia. Ini yang memang kami gerakkan. Di kampus kami, hampir 40 persen dosen muslim. Mahasiswa kami juga sekitar 45 persen muslim, sehingga tidak semua non muslim atau Tionghoa,” jelasnya.
Tak jauh berbeda, Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim, Akhmad Jazuli menyampaikan bahwa Universitas Ma Chung menjadi cerminan bentuk pluralisme yang digaungkan Gus Dur.
“Pak Rektor tadi menyampaikan, ada 40 persen dosen di sini yang muslim. Di sinilah bentuk pluralisme yang mana Gus Dur betul-betul menghargai perbedaan itu indah,” jelasnya.
Kata dia, Haul Gus Dur memiliki dua makna penting. Pertama, haul menjadi momentum untuk mengingat jasa-jasa, sekaligus menguatkan kembali gagasan Gus Dur tentang kerukunan umat beragama.
“Kedua, Haul Gus Dur memompa semangat kita. Seolah dengan haul, Gus Dur itu masih hidup. Di manapun kegiatan, aura Gus Dur akan terasa,” sambungnya.
Sosok bapak pluralisme ini juga disebut sebagai sosok budayawan, guru bangsa yang multitalenta sehingga bisa diterima di komponen apapun dan di manapun.
“Bu Khofifah sering memotivasi pada para pejabat termasuk menceritakan pengalaman pribadi Gus Dur dalam suka dan duka dalam hal-hal yang tidak masuk di akal. Seperti mau jadi presiden dan kenyataannya terjadi,” ucapnya.
Kegiatan ini turut dihadiri Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa diwakili Asisten Administrasi Umum Setdaprov Jatim, Akhmad Jazuli; Wali Kota Malang diwakili Kadiskominfo Kota Malang, M Nur Widianto; jajaran forkopimda, jaringan Gusdurian, hingga mahasiswa.
Haul Gus Dur dikemas sederhana namun bermakna. Selain diisi dialog dan diskusi, penampilan stand up comedy, ada pula doa bersama.
Dialog itu menghadirkan Rektor IAI Al Qolam Malang, Dr Muhammad Adib MAg; Pastor Paroki, Rm Hendrikus Suwaji OCarm; serta budayawan dari kalangan Nahdliyin, Ngatawi Al-Zastrow sebagai narasumber.
Kegiatan ini juga turut didukung oleh Pegadaian Kanwil XII Surabaya, Kopi Studio 24, Malang Studel, Grand Mercure Malang Mirama, Climate Change Frontier (CCF), Jatimpark Group, Countblok, dan sebagainya.