BATU, Tugujatim.id – Sosok bernama Muhammad Said atau Pak Said ini memang sudah tak muda lagi. Tangannya tampak bergetar ketika memegang sendok untuk meracik es campur buatannya dari beberapa stoples yang terpampang di depannya. Namun, pria yang kini telah berusia 83 tahun ini tetap terlihat cekatan kala melayani pelanggan. Itulah sosok pemilik kedai es campur legendaris di Kota Batu yang telah eksis sejak tahun 1954.
Pak Said adalah penjual es campur legendaris di Kota Batu yang dulunya berjualan keliling sejak 1954 silam. Kini, Pak Said sudah jualan menetap dan bisa dijumpai di depan Gang Kauman, sebelah Masjid An Nur Alun-Alun Kota Batu.
Keunikan es campur tradisional bisa dilihat dari kandungan gula apa yang dipakai. Indikatornya bisa dilihat dari hewan serangga lebah. Ya, di Pak Said anda akan menjumpai sensasi dikerubung lebah karena memang gula yang dipakai disini adalah gula asli.
Semangkuk es campur yang disajikan Pak Said juga sederhana saja, namun komplit. Mulai agar-agar, tape, ketan hitam, kacang hijau, kolang-kaling, mutiara hingga roti.
Es campur Pak Said tampak lebih menggairahkan saat melihat serutan es yang menggunung dengan siraman sirup dan susu kental manisnya. Segar sekali rasanya diseruput saat siang sedang terik dan panas-panasnya.
”Sejak dulu ya saya jualan es, ya kayak begini. Gak banyak yang berubah. Alhamdulillah tetap sehat dan masih bisa jualan sampai sekarang,” tutur Pak Said sembari memasrah es dengan teknik manualnya, Minggu (10/10/2021).
Langganan Pak Said terdiir dari banyak kalangan. Mulai tua, muda hingga anak-anak. Dari warga sekitar bahkan dari luar kota. Bahkan langganannya yang dulu masih anak-anak namun sekarang sudah di luar negeri masih ingat kepadanya.
”Kadang mereka pas pulang ya nyempetin kesini. Nanya kabar sambil cerita-cerita masa dulu. Ada langganan dulu masih SMP, sering saya kasih es. Sekarang udah kerja di Australia,” kata dia.
Bahkan Pak Said juga punya kenangan membekas dengan mantan Wali Kota Batu Edy Rumpoko yang kini masih menjalani masa tahanan akibat kasus korupsinya.
Kata dia, pria yang akrab disapa ER itu dulunya juga sering nongkrong minum es campur bikinannya. ”Kalau dulu kesini ya sembunyi mojok di kursi sini. Kadang sampe malem cangkruk sini,” kisah dia.
Pak Said cerita kalau dia bahkan sudah mulai jualan es ini sejak umur 16 tahun. Dulu, pria yang kini sudah berusia 83 tahun dan masih sehat bugar itu berjualan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan bertahan hingga sekarang.
Karena usianya yang sudah senja, bahkan dirinya kini sudah tak lagi mematok target penghasilan. Kadang dia juga banyak menggratiskan pengunjung, apalagi anak-anak sekolah.
”Dulu awal jual harganya ya sekitar 50 sen. Terus berubah-ubah sampai sekarang tetap di harga Rp 5 ribu. Kalau misal ada anak-anak pulang sekolah cuma Rp2-3 ribu gak papa, malah kadang saya gratisi,” kata dia.