Bisnis  

Menilik Bisnis Sepatu Ecoprint dan Tenun di Mojokerto

sepatu ecoprint tugu jatim
Produk sepatu ecoprint dan tenun karya Joko Purnomo, pada Senin (13/3/2023). Foto: Hanif Nanda/Tugu Jatim

MOJOKERTO, Tugujatim.id Sosoknya berambut panjang sebahu. Tubuhnya cukup tinggi. Selintas mirip penghobi dunia otomotif atau kegiatan luar ruangan. Nyatanya, dia seorang perajin alas kaki ecoprint di Kota Mojokerto, Jawa Timur.

Joko Purnomo namanya. Warga asal Kemasan Gang 7, Blooto, Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, itu merupakan pengusaha alas kaki ecoprint. Dari ruangan depan rumahnya seluas kurang lebih 6×6 meter itu, sepatu bernuansa etnik lahir dari tangan dinginnya.

Pria 33 tahun itu bercerita, awalnya dia mengikuti sejumlah pelatihan ecoprint yang digelar oleh Pemerintah Kota Mojokerto. Pandemi Covid-19 mau tak mau mengharuskan dia memutar otak untuk mengais inspirasi dunia usaha.

sepatu ecoprint tugu jatim
Produk sepatu ecoprint dan tenun karya Joko Purnomo, pada Senin (13/3/2023). Foto: Hanif Nanda/Tugu Jatim

“Awalnya saya ikut pelatihan-pelatihan ecoprint. Pelatihan itu memberi contoh aplikasi ecoprint pada kain kanvas. Setelah pulang, selebihnya terserah peserta mau dijadikan apa. Saya lalu kepikiran dibikin sepatu itu,” ucapnya, pada Senin (13/3/2023).

Pelatihan yang diikuti pada 2020 silam itu dicoba pada sepatu. Tak hanya ecoprint, bahan kain seperti kain tenun tak luput dia coba pada produk sepatunya. Ternyata hasilnya memuaskan hingga Mas Pur, sapaan Joko Purnomo, memutuskan memproduksi sepatu ecoprint secara massal.

Mas Pur mengakui dirinya terjun menekuni usaha alas kaki sejak 2013 lalu. Bahan yang dia pakai berasal dari karung goni untuk menonjolkan nuansa etnik. Setelahnya, dia mencoba perpaduan sepatu dengan kain goni lalu menambah lini usahanya dengan produk sepatu ecoprint.

sepatu ecoprint tugu jatim
Produk sepatu ecoprint dan tenun karya Joko Purnomo, pada Senin (13/3/2023). Foto: Hanif Nanda/Tugu Jatim

“Jadi tepatnya 2013 itu saya mulai usaha alas kaki. Itu dibikin dari karung goni sebagai nuansa etnik. Lalu saya tambah kain tenun terus sekarang ya ecoprint ini,” imbuhnya.

Selanjutnya, beberapa daun yang dipakai oleh Mas Pur untuk sepatu ecoprint adalah daun-daun yang mudah dia temui di lingkungannya. Hal itu menjadi salah satu alasan mengapa dia mantap sepatu ecoprint menjadi salah satu lini usaha prioritasnya.

“Beberapa daun yang saya pakai itu di antaranya daun jati, daun kauka, daun jarak kepyar, lalu daun kenikir. Saya pilih itu karena gampang aja,” ujarnya sambil terkekeh.

sepatu ecoprint tugu jatim
Produk sepatu ecoprint dan tenun karya Joko Purnomo, pada Senin (13/3/2023). Foto: Hanif Nanda/Tugu Jatim

Meski sepatu ecoprint menjadi fokusnya saat ini, Mas Pur juga masih menerima pengerjaan sepatu kain tenun. Dia mengatakan bahan kain tenun yang dia pakai didatangkan dari Jepara.

“Nggak cuma ecoprint, sepatu tenun juga ramai pesanan. Saya bikin sepatu tenun duluan malahan. Itu buat nambah variasi aja,” ujar mantan drummer itu.

Namun, Mas Pur sedikit menyayangkan perkembangan sepatu ecoprint yang dia geluti. Pangsa pasar yang ia garap justru berasal dari luar Mojokerto. Kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya menjadi pasar utamanya.

“Kalau untuk lokal Mojokerto ini kurang diminati. Justru pasar utama saya di kota besar kayak Jakarta atau Surabaya. Mungkin banyak yang minat nuansa etniknya,” terangnya.

Tak hanya membuat sepatu dengan model dan warna secara acak, Mas Pur juga melayani pesanan sepatu ecoprint sesuai permintaan. Hal itu sering dia dapatkan dari media sosial Facebook.

Sepatu ecopront sendiri dia jual dengan rentang harga mulai Rp150-200 ribu per pasang. Dia juga melayani pesanan secara partai. Baginya, dalam satu minggu dia bisa melayani hingga 500 pasang sepatu.

“Pesanan saya selain model yang udah ada itu bisa custom juga mas. Jadi yang pesan bisa ngasih model atau warna. Kayak pesan model sepatu boots, slip on, sepatu bertali, atau sepatu lainnya. Pesanan juga bisa partai, seminggu saya bisa bikin 500 pasang,” terang bapak dua anak itu.