MALANG, Tugujatim.id – Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VIII Jawa Timur (Jatim) 2023 yang dilaksanakan di empat kota/kab yakni Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Sidoarjo telah berakhir pada Sabtu (16/9/2023).
Juara umum Porprov Jatim edisi ke-8 juga sudah diumumkan yakni Kota Surabaya, disusul oleh Kabupaten Sidoarjo di posisi kedua, dan Kota Malang di posisi ketiga, Kota Kediri di posisi ke empat, dan Kabupaten Malang di posisi kelima.
Kabupaten Malang pun sukses menelurkan tiga cabang olahraga (cabor) sebagai juara umum, yakni cabor gulat dengan raihan lima medali emas dan dua perak. Lalu cabor binaraga meraih tiga medali emas dan dua perak. Juga cabor anggar yang meraih enam medali emas, dua perak, dan dua perunggu.
Dari tiga cabor peraih juara umum tersebut, ada cerita yang cukup menarik untuk disimak yakni cabor anggar. Cabor anggar bisa meraih enam medali emas, dua perak, dan dua perunggu ternyata dihasilkan dari tidak adanya pengurus. Bagaimana bisa terjadi?
Salah satu wali atlet anggar Kabupaten Malang, Nanik Setyowati menceritakan bahwa seluruh kepengurusan diambil alih oleh KONI Kabupaten Malang dan orang tua/wali atlet yang menjadi ujung tombaknya selama menyiapkan para atlet untuk bertarung di ajang Porprov VIII Jatim 2023.
“Untuk kendala, kita masalah peralatan dan juga dana, untuk TC dan latihan masih ditanggung oleh atlet, karena beberapa atlet ada yang mampu dan ada yang tidak. Kita gunakan dengan peralatan apa adanya kita bisa juara umum,” ungkap Nanik, pada Minggu (17/09/2023).
Nanik juga menceritakan bahwa bantuan untuk KONI ke cabor anggar telah mengalir ke pengurus yang lama dan tidak ada tanggung jawab apapun kepada para atlet. Sehingga atlet yang akan berlaga di ajang Porprov VIII Jatim 2023 harus latihan mandiri dengan dana seadanya.
“Soalnya kita kendala dari dana, soalnya anak-anak ini kan mandiri untuk bisa ke Porprov ini, sedangkan bantuan untuk KONI kan sudah mengalir ke pengurus yang dulu, dan tidak bertanggung jawab,” keluh Nanik.
Masih menurut Nanik, akibat menggunakan anggaran secara mandiri, tim anggar Kabupaten Malang bahkan tidak mampu membayar pelatihnya. Pelatih anggar untuk Kabupaten Malang didatangkan dari SMANOR atau SMA Negeri khusus Olahraga yang berada di Kabupaten Sidoarjo.
“Kita ada pelatih yang lama yang dahulu, itu yang melatih kita dari SMANOR dan kita tidak mengeluarkan biaya apapun untuk pelatih. Pelatih sendiri yang punya inisiatif untuk melatih. Kalau anak-anak mengeluarkan uang untuk pelatih sudah tidak mungkin. Jadi pelatih kadang datang ke Kabupaten Malang untuk melatih di hari Sabtu dan Minggu. Itu saja kadang-kadang datang kadang tidak,” ungkap Nanik.
Nanik juga menceritakan bahwa beberapa bulan jelang Porprov VIII Jatim 2023 bergulir, ada beberapa daerah lain yang finansialnya kuat, sempat ingin menarik atlet anggar Kabupaten Malang untuk bergabung.
“Anak-anak ini hampir diambil oleh daerah lain karena kepengurusan yang kacau, tapi dengan perjuangan para orang tua atlet supaya tidak bubar, ya akhirnya mengurusi, alhamdulillah anak-anak semangat,” ungkapnya.
Pulang Pergi Malang-Sidoarjo
Akibat tidak mampu membayar pelatih tersebut, ada konsekuensi yang harus diterima oleh para atlet, yakni mereka harus berjuang pulang-pergi latihan ke Kabupaten Sidoarjo di setiap pekannya usai mereka pulang sekolah. Mereka harus menempuh perjalanan jauh dengan menggunakan kereta api dan juga ada yang menggunakan sepeda motor ke tempat sang pelatih yakni di SMANOR.
“Kalau tidak bisa ya anak-anak yang datang ke Sidoarjo naik kereta, selama ini begitu. Itu kita latihan dua bulan sebelum Porprov (PP Malang-Sidoarjo),” ungkap Nanik.
Total ada 12 atlet yang melakukan proses latihan jarak jauh itu, bahkan ada dua atlet yang harus meninggalkan pekerjaan demi meraih prestasi di Porprov.
“Anak anak pulang sekolah jam 11 lalu berangkat ke Sidoarjo lalu pulang habis magrib. Kalau yang anak dewasa naik sepeda motor, kadang seminggu tiga kali kita latihan ke Sidoarjo,” ungkap Nanik.
“Sampai ada atlet seperti Wahyu dan Samsul itu harus meninggalkan pekerjaan demi Porprov ini. Mereka ini anak tidak mampu, kerjaannya serabutan,” bebernya.
Nanik bersama seluruh wali atlet berharap, anggar Kabupaten Malang bisa memiliki pengurus lagi. Karena orang tua/wali atlet tak memiliki kemampuan untuk urusan anggaran. Apalagi pada 2025 mendatang, Porprov IX Jatim 2025 akan dilaksanakan di Malang Raya, tentunya membutuhkan anggaran yang tak sedikit.
“Harapan saya untuk anak-anak ke depannya, ya inginnya ada lah yang mengurusi, soalnya kita kendala dari dana,” kata Nanik.
“Kami selalu orang tua/wali atlet tidak menuntut apa-apa. Cuma minta dukungan dari KONI untuk bantu anak-anak hingga berprestasi,” tutup Nanik.
Reporter: Yona Arianto
Editor: Lizya Kristanti