JEMBER, Tugujatim.id – Perkumpulan Pemerhati Alam Hijau Damai (Pahad) Ambulu menggelar diskusi Ngobrol Pintar (Ngopi) bersama Gusdurian Peduli di kedai WK (Wedang Koffie), Kabupaten Jember, Sabtu (16/04/2022), dengan menghasilkan ide pojok literasi bencana. Dalam diskusi ini hadir dua narasumber, yakni Ketua Gusdurian Peduli sekaligus anggota Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU Abdullah Al Kudus dan koordinator Gusdurian Jember Teguh Santosa yang mengasilkan pojok literasi bencana.
Diskusi Ngopi ini dibuka moderator Wasis Sasmito yang menjelaskan tentang kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kapasitanya untuk merespons potensi bencana. Salah satunya melalui gagasan untuk menjadikan warung kopi sebagai pojok literasi bencana.
“Berangkat dari rumus sederhana bahwa bahaya semakin meningkat ketika risiko bertemu dengan kerentanan masyarakat dengan kapasitas yang rendah. Maka peningkatan kapasitas masyarakat bisa dilakukan dengan memperkuat akses masyarakat terhadap informasi dan pengetahuan kebencanaan. Dari titik inilah, Pojok Literasi Bencana dibutuhkan,” ujar Wasis.
Also Read

Menanggapi hal itu, Ketua Gusdurian Peduli Abdullah Al Kudus mengungkapkan upaya membangun akses informasi serta pengetahuan masyarakat akan potensi bencana harus dibarengi dengan peningkatan keterampilan mitigasi. Dengan begitu, upaya ini menjadi pilihan strategis dalam pengelolaan risiko bencana yang berbasis komunitas.
“Saya ambil contoh Gunung Bromo yang terletak di 3 kabupaten, yakni Malang, Probolinggo, dan Lumajang. Salah satu gunung aktif di Indonesia ini beberapa kali jadi penyebab gempa tektonik dan erupsi. Tapi tidak menimbulkan korban yang signifikan, baik korban jiwa atau harta benda. Kenapa? Karena masyarakat yang tinggal di sana sudah tahu bagaimana harus bersikap,” ucap pria yang akrab dipanggil Gus A’ak ini.
Gus A’ak menambahkan, ide pengembangan Pojok Literasi Bencana oleh Pahad Ambulu bersama Kedai WK (Wedang Koffie) ini adalah gagasan baru yang patut didukung.
“Pilihan untuk membangun serta meningkatkan literasi, saya sudah sering dengar. Tapi soal literasi kebencanaan ini adalah konsep yang relatif baru. Ide mengembangkan konsep dan implementasinya sangat patut didukung,” imbuhnya.

Hal yang sama diungkapkan koordinator Gusdurian Jember Teguh Santosa. Dia mengapresiasi setinggi-tingginya terkait pengembangan literasi terkait pengelolaan risiko bencana melalui diskusi di warung kopi. Bahkan, pria masih menempuh pendidikan di Universitas Jember ini mengatakan siap untuk membuka pintu kolaborasi bersama dengan Pahad Ambulu.
“Hal ini akan jadi referensi tambahan untuk saya serta pegiat Gusdurian lain dalam pengembangan aktivitas komunitas Gusdurian di Jember,” ujarnya.
Sebagai penutup diskusi, Teguh Santosa mewakili komunitas Gusdurian Peduli menyerahkan secara simbolis sebanyak 100 paket bingkisan untuk kaum duafa kepada Ketua Pahad Ambulu Moh Faruq.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim