SURABAYA, Tugujatim.id – Sosok pejuang literasi asal Malang yang menetap di Kota Surabaya Oei Hiem Hwie patut menjadi contoh untuk generasi muda di era modernisasi ini. Bagaimana tidak, di usianya yang tak lagi muda, dia berjuang untuk tetap memegang prinsip untuk memperoleh wawasan yang luas dengan membaca buku.
Karena itu, tak salah jika mengibaratkan membaca adalah sumber ilmu untuk kegiatan literasi. Sayangnya, barangkali aktivitas membaca itu kini mulai surut di tengah lonjakan era modernisasi dan globalisasi dunia, terutama di Indonesia. Padahal, banyak buku yang dapat dijadikan sebagai sumber ilmu untuk mendapatkan wawasan yang sangat luas. Mulai dari buku berbau politik, sosial, ekonomi, buku romantisme puisi, dan lain-lainnya.
Karena fenomena ini, Oei Hiem Hwie mendirikan sebuah perpustakaan buku dengan nama “Medayu Grup”. Uniknya, perpustakaan Pak Wi, sapaan akrabnya, ini banyak sekali koleksi buku kuno dan terbaru. Bahkan, buku-buku tersebut merupakan hibahan dari berbagai kalangan masyarakat yang peduli dengan kegiatan literasi.
Also Read

Salah satu buku langka yang ada Perpustakaan Medayu Grup adalah Mein Kampf. Buku tersebut merupakan tulisan tangan asli dari Adolf Hitler, salah seorang petinggi Jerman dan panglima angkatan bersenjata Jerman.
Selain itu, juga ada naskah asli Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Karya ini juga difilmkan belum lama ini dan tayang di bioskop Indonesia.
Pengunjung pun bisa membaca langsung naskah asli, baik yang ditulis tangan atau diketik novelis terkenal Pramoedya Ananta Toer ketika berada di penjara Pulau Buru.
Oei Hiem Hwie mengatakan, dia sangat peduli sekali dengan literasi, terutama membaca. Menurut dia, membaca membuat orang bisa mengubah cara pandangnya terhadap suatu masalah maupun dunia yang sekarang ini dijalaninya.
“Bagi saya, membaca adalah kegiatan yang sangat positif yang dapat membuat orang menjelajahi cara pandangnya terhadap dunia dan sekitarnya,” katanya saat ditemui di Perpustakaan Medayu Grup, tepatnya di Jalan Medayu Selatan, Kota Surabaya, Selasa (13/09/2022).
Oei Hiem Hwie menceritakan sedikit pengalamannya saat dulu masih muda. Dirinya merupakan salah satu korban kekerasan Rezim Orde Baru. Dia pernah dipenjara di Pulau Buru tanpa kesalahan.
Selama dipenjara, Pak Wi belum pernah sekalipun diadili di pengadilan mana pun. Kala itu, dia ditangkap dengan alasan sebagai pencinta dan pengagum Sukarno. Setelah dilepas dari tahanan Orde Baru pada 1978, dia merasa bersyukur karena buku-buku koleksinya tidak semua disita pemerintah.
Untuk diketahui, perpustakaan milik Pak Wi terletak di Jalan Medayu Selatan IV/42-44, kompleks Perumahan Kosagrha daerah Rungkut, tak jauh dari kampus UPN Veteran. Perpustakaan yang berbentuk yayasan ini buka setiap Senin-Jumat, pukul 09.00–16.00.
Pengunjung tidak dipungut biaya untuk datang ke perpustakaan ini. Namun, Anda boleh memberikan donasi yang nantinya dipakai untuk pemeliharaan buku-buku di sana.
Catatan ini adalah bagian dari program Jelajah Jawa-Bali tentang Inspirasi dari Kelompok Kecil yang Memberi Arti oleh Tugu Media Group x PT Paragon Technology and Innovation. Program ini didukung oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Pondok Inspirasi, Genara Art, Rumah Wijaya, dan pemimpin.id.