Tugujatim.id – Kemendikdasmen menerbitkan prioritas kebijakan terbaru tahun ini. Dari berbagai prioritas yang disampaikan Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, ada tiga prioritas untuk isu bimbingan dan konseling (BK).
Pada peringatan Hari Guru ini, tiga prioritas itu menjadi sebuah oase bagi para guru, baik guru BK maupun jenis guru kelas dan guru Mapel (Mata Pelajaran). Utamanya bagi peningkatan kesejahteraan siswa/ well-being anak. BK, sebagai bagian dari sistem pendidikan yang dirancang untuk melayani siswa, memegang peran penting dalam proses pendidikan. Yakni menjadi pionir kolaboratif bersama berbagai elemen di sekolah untuk membersamai siswa meraih well-being.
Tiga prioritas Mendikdasmen terkait bimbingan dan konseling antara lain; pelatihan bimbingan dan konseling bagi guru kelas, peningkatan kompetensi guru bimbingan dan konseling, dan pengangkatan guru bimbingan dan konseling. Tiga butir kebijakan ini dicantumkan jelas sebagai kebijakan resmi Kemendikdasmen. Dua berkaitan langsung dengan profesi guru BK, sedangkan prioritas satu berkaitan dengan pembekalan bagi para guru selain guru BK untuk memiliki keterampilan dasar berkaitan dengan keilmuan BK.
Pertama, berkaitan dengan pelatihan bimbingan dan konseling bagi para guru selain guru BK. Mendikdasmen mengupayakan realisasi penguatan karakter pada siswa melalui peran guru terlebih dahulu. Para guru melalui pelatihan BK ini diharapkan dapat lebih memiliki pemahaman dan praktik untuk menerapkan praktik pendidikan yang lebih humanis kepada para siswa. Keilmuan BK contohnya yang dapat para guru ini pahami yakni peningkatan keterampilan dalam komunikasi berimbang melalui model keseimbangan antar hubungan pribadi. Model keseimbangan antar hubungan pribadi ini ditandai oleh situasi empatik, saling berbagi, dan saling memenuhi kebutuhan (Mappiare, 2013).
Andi Mappiare dalam tulisannya Kekerasan Psikososial dalam Pendidikan dan Keniscayaan Bimbingan dan Konseling, menyatakan para guru mata pelajaran dan guru kelas dapat dilatih untuk mempraktikkan keseimbangan hubungan antar pribadi melalui keasadaran diri dan kesadaran akan keberadaan pihak lain. Sehingga akan muncul penguatan empati, kemauan dan sikap berbagi, hingga kesediaan untuk saling memenuhi kebutuhan dalam pembelajaran.
Beberapa teknik dasar komunikasi dalam BK yang dapat dilatihkan pada guru mapel dan guru kelas antara lain terdiri atas beberapa teknik. Para guru tersebut dapat dilatih menguasai teknik; teknik penyambutan, opening, acceptance, restatement, reflection of feeling, sharing of experience, clarification, structuring, lead, reassurance, silence, rejection, summarization, termination, interpretation, dan confrontation. Beberapa teknik tersebut memiliki jenis lebih detail lagi dan itu akan sangat membantu ketika para guru gunakan untuk berdialog lebih dalam dengan siswa. Sebuah penguasaan yang tidak sederhana akan langsung dapat dikuasai dalam waktu sesaat, namun menjadi tonggak awal menguatkan kompetensi guru dalam bingkai model keseimbangan hubungan antar pribadi antara guru dan siswa. Penguatan teknik komunikasi ini juga akan menjadi jembatan bagi guru lebih memahami siswa.
Menurut hemat penulis, pelatihan BK bagi para guru nonBK ini dapat diterapkan dengan ikut pula memberdayakan para guru BK pada daerah masing-masing. Sehingga para guru BK ini dapat membagikan keilmuan dan praktik yang telah mereka dapatkan kepada para guru lainnya. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling) pada tiap kabupaten dan kota untuk memaksimalkan program ini. MGBK nantinya yang akan mendelegasikan para guru BK untuk turut menyukseskan Pemerintah dalam melakukan peer training kepada para guru mapel dan guru kelas. Tujuannya agar para guru dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam BK.
Kedua, berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru BK. Sebenarnya pada pemerintahan sebelumnya juga telah dirintis program Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) khusus peningakatan kualifikasi pendidikan bergelar bagi guru, Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan dan prajabatan, hingga beasiswa mikrokredensial nongelar bagi guru. Namun memang tidak mengkhususkan pada guru BK saja.
Pada tahun ini Pemerintah melalui Kemendikdasmen dapat melakukan peningkatan kompetensi guru BK itu melalui peningaktan kualifikasi pendidikan S2 dan S3 bagi guru BK. Berikutnya pembiayaan kompetensi testing bagi guru BK agar dapat memiliki kewenangan untuk melaksanakan asesmen testing secara ilmiah. Peningkatan kualifikasi pendidikan S2 dan S3 bagi guru BK akan membantu mereka untuk makin meningkatkan profesionalitasnya berdasarkan perkembangan keilmuan mutakhir. Termasuk meningkatkan kompetensi penelitian guru BK sehingga beragam praktik baik yang mereka lakukan dapat berlandaskan kajian-kajian ilmiah yang mereka peroleh saat menjalani S2 dan S3. Demikian pula dengan pendanaan penguasaan kompetensi testing. Hal ini akan membantu sekolah memiliki para guru BK yang dapat melaksanakan asesmen testing secara mandiri. Sehingga sekolah akan lebih lengkap memiliki data pemahaman siswa melalui data nontesting dan data testing.
Ketiga, pengangkatan guru BK. Prioritas ketiga ini yang memang penuh tantangan. Sebab tidak sederhana. Pihak yang terlibat pun tidak satu dua pihak saja. Melainkan membutuhkan kerjasama berbagai pihak. Mulai Kemendikdasmen, Pemerintah Daerah, Kemenpan RB, BKN, Kemenkeu, Kemendagri, hingga pihak-pihak terkait lainnya. Jika melihat pada ketersediaan guru BK di sekolah memang masih minim guru berkualifikasi pendidikan S1 BK dan pendidikan profesi guru BK. Bahkan ada pula yang tidak memiliki guru BK sama sekali. Akibatnya sekolah tersebut menugaskan guru lain untuk menjadi guru BK.
Padahal melaksankaan profesi dalam BK membutuhkan keilmuan terkualifikasi. Jika pun ada sekolah yang memiliki guru BK, maka tidak memenuhi syarat minimal yakni satu guru BK mendampingi 5 kelas/ rombongan belajar. Pada sekolah penulis sendiri yang memiliki 30 rombel/ kelas, ASN guru BK-nya berjumlah tiga dengan penulis. Dengan latar belakang S1-BK sebanyak satu orang dan dua orang berlatar belakang S1 Psikologi. Sehingga masih kurang tiga ASN guru BK lagi agar dapat ideal.
Pada beberapa sekolah lain bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Ini tentu menjadi perhatian sendiri bagi kemendikdasmen dan pemda untuk mengupayakan penyelesaiannya. Mendikdasmen tentu melihat krisis guru BK ini sebagai tantangan dan menjadikan prioritas pengangkatan guru BK ini menjadi upaya strategi untuk mengatasi tantangan ini.
Akhirnya semoga pada peringatan Hari Guru ini prioritas isu BK ini dapat membantu mewujudkan pendidikan humanis bagi para siswa. Perwuudannya melalui penguatan kompetensi yang guru BK miliki dan pemenuhan kompetensi dasar BK yang guru nonBK miliki nanti. Semoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis: Masbahur Roziqi
Penulis adalah Guru Bimbingan dan Konseling SMAN 1 Kraksaan, Kabupaten Probolinggo