SURABAYA, Tugujatim.id – Pakar Imunologi dan Mikrobiolohi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya, Agung Dwi Wahyu Widodo menyoroti tingginya kasus HIV/AIDS di Surabaya.
Kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di Surabaya kembali meninggi. Terutama, di kalangan usai produktif.
Tercatat, mulai dari Januari hingga Oktober 2024, sebanyak 243 kasus muncul di Surabaya dengan antiretroviral therapy (ART) didominasi kalangan usia produktif.
Agung Dwi Wahyu Widodo mengatakan, tingginya kasus HIV AIDS di kalangan usia produktif disebabkan karena faktor maraknya perilaku penggunaan narkoba dan seks bebas
“Salah satu faktornya adalah penyebaran oleh pengguna obat-obatan (drug use) yang menular lewat injeksi jarum suntik. Selain itu, juga dapat menyebar lewat perilaku free sex,” katanya.
Sementara itu, jika dilihat dari segi ilmah melalui ilku Mikrobiologi dan Imunologi, tipe HIV-1 memiliki penularan yang cepat dan tinggi. Penyebarannya berpotensi ke seluruh Indonesia.
“HIV-1 merupakan retrovirus yang lebih berat, namun mudah menular,” jelasny.
Selain itu, HIV/AIDS juga bisa menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh hingga melemahkan sistem imun. Responsnya ke tubuh pun sama baik usia produktif maupun tidak.
Peyebarannya dengan mudah melalui kontak cairan tubuh yang terinfeksi. Dan, drug use dan free sex merupakan perilaku yang termudah untuk penularan.
“Drug use sangat berbahaya. Mereka menggunakan obat golongan morfin yang dapat memicu pertumbuhan virus HIV ini lebih cepat. Belum lagi dengan jarum suntik yang mereka pakai bergantian,” tuturnya.
Lebih lanjut, Agung menambahkan jika pemidahan virus HIV ke tempat lain akan mengalami proses glikosilasi dan mutasi. Sebuha mekanisme dan membantu HIV bertahan dalam tubuh namun menolak imun.
“Hal ini tidak kalah penting dan menunjukkan proses penyebaran yang cukup berbahaya pada kalangan usia produktif,” paparnya.
Langkah termudah untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus HIV AIDS adalah dengan bersosialisasi kepada generasi Z hin usia produktif.
Khususnya, kampanye mengenai edukasi seks dan bahaganya jika dilakukan tanpa ikatan pernikahan.
“Kampanye penggunaan condom, bukan berarti kita mengajarkan sesuatu yang tidak benar (melegalkan seks bebas, red),” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter : Izzatun Najibah
Editor: Darmadi Sasongko