AMERIKA SERIKAT, Tugujatim.id – Paragon Corp, perusahaan asli Indonesia yang lahir pada 37 silam dari sebuah gang sempit di Kampung Baru Ulujami, Jakarta, berkesempatan menghadiri undangan perusahaan raksasa yang didirikan Larry Page dan Sergey Brin yakni Google Inc pada akhir Oktober lalu.
Berdasarkan catatan yang Paragon Corp dapat, Paragon adalah perusahaan kedua yang diundang langsung ke Head Quarter Google untuk menghadiri Google Executive Summit di Mountain View, California, Amerika Serikat.
Sebelumnya di post pandemi COVID-19, perusahaan asal Indonesia yang pernah diundang google adalah Telkomsel.
Di Google Campus (mereka menamakan gedung perkantoran) Mountain View CA, perusahaan yang membawahi Wardah, Kahf, Emina, Make Over, Tavi, Biodef, Labore, Putri, Instaperfect, dan Crystallure ini, mempresentasikan tema “How Values & Culture Create Larger Impact”. Total ada delapan pimpinan Paragon Corp yang hadir untuk memenuhi undangan tersebut.
Tugu Media Group mewawancarai EVP and Chief Administration Officer (CAO) Paragon, Miftahuddin Amin yang ikut dalam rombongan tersebut. Bagi Miftah, sapaannya, undangan tersebut merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya maupun Paragon sebagai market leader beauty industry di Indonesia untuk tumbuh bersama dan memberikan dampak kebermanfaatan lebih bagi masyarakat bersama Google.
“Kita bersyukur dan berbangga karena Paragon ternyata dipilih menjadi salah satu strategic partner Google,” ujarnya, via Zoom, pada Selasa (8/11/2021).
Dikatakan Miftah, undangan Google kepada Paragon ini benar-benar eksklusif, bahkan membuat pihaknya terheran-heran, kenapa Paragon?. Yang membuat dia heran, Paragon selama ini tidak terlalu besar memasang iklan untuk pemasaran produk-produk mereka kepada Google.
“Saya juga sempat bertanya ke mereka, kepada orang Google Indonesia kenapa Paragon yang dipilih. Padahal, dia memegang 30 company termasuk Paragon. Kalau dirangking secara spending money, Paragon bahkan ada di kisaran rara-rata saja,” kata pria yang pernah bekerja selama 17 tahun dan menjabat sebagai Vice President of Human Resources Services and Industrial Relations Freeport Indonesia ini.
Namun, masih kata Miftah, rupanya Google melihat dari sudut pandang berbeda. Raksasa teknologi ini menilai Paragon sebagai salah satu perusahaan lokal yang memiliki keseriusan untuk bertumbuh dan berproses dengan baik seiring bertumbuhnya Google ke depan, khususnya di Indonesia.
Google menilai bahwa Paragon bisa menjadi mitra strategis dalam waktu jangka panjang, bukan hanya mitra bertransaksi belaka.
“Sekali lagi, Google tidak melihat hubungan hari ini saja, tetapi Paragon sebagai salah satu strategic partner yang bisa tumbuh bersama menjadi lebih besar lagi. Untuk itulah, Google Indonesia mengusulkan pada Head Quarter Google agar Paragon diundang untuk visit ke sana,” sambungnya.
Selama dua hari mengikuti Google Executive Summit, sebanyak delapan orang Paragon Executive Committee berkesempatan untuk sharing, berdiskusi, dan membawa pulang segudang ilmu dan rencana akan potensi kolaborasi bersama sebagai oleh-oleh.
“Dua hari itu, kita full bertemu dengan para speaker/leaders yang sangat expert tentang digital transformation, brand dan marketing strategy, dan bagaimana HR operations dan culture dijalankan oleh mereka (Google),” terangnya.
Diskusi itu, tentu saja berlangsung gayeng, bahkan Paragon Executive Committee juga melakukan tour office (Google Campus). Mereka diajak jalan-jalan berkeliling untuk melihat penataan gedung, budaya kerja, sampai masuk ke beberapa ruangan Google. “Kita diajak tour ke ruangan-ruangan mereka, luar biasa sih kerennya,” ucapnya.
Pihaknya juga menyempatkan diri untuk bergeser ke New York. Selain market visit, juga bersua dengan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Columbia University (NYC), hingga MIT-Harvard (Boston) meski hanya sekedar brainstorming.
“Di New York kita ada dua (kegiatan). Pertama, market visit. Jadi di sela-sela visiting, kita juga melihat bagaimana trend beauty di Amerika yang ternyata trend awalnya berasal dari dua tempat. Kalau nggak San Fransisco ya dari New York. Lalu ketemu juga sama mahasiswa (Indonesia) yang sedang kuliah di sana,” sambung dia.
Usai diskusi panjang yang mengagumkan, tambah Miftah, ada beberapa kesamaan antara Google dan Paragon yang membuat keduanya mampu saling berkolaborasi.
Pertama, keduanya sama-sama mengacu pada customer centric sebagai dasar pengambilan keputusan. Kedua, baik Paragon maupun Google menempatkan culture sebagai sesuatu yang penting dan mendasar dalam membangun ekosistem.
“Ketiga, inovasi. Kita dengan taste inovasi yang luar biasa banget. Mereka (Google) juga bertranformasi dengan berinovasi. Kita juga berubah jadi besar karena berinovasi. Maka, kesamaan ini semua, semangat untuk membangun culture, membangun people,” katanya.
Pihak google juga mengaku terkesan dengan begitu egaliternya budaya yang dibangun Paragon. “Saat di sana, kita yang hadir saling berebut menyampaikan pendapat, ini menunjukan egaliter. Biasanya kalau dari perusahaan lain, yang bicara satu dua orang saja, dimonopoli, kita tidak,” pungkas alumnus Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini.