JAKARTA, Tugujatim.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan perubahan iklim dan pemanasan global adalah nyata, serta berdampak pada peningkatan frekuensi, intensitas dan kejadian ekstrem. Terhitung selama 71 tahun terakhir, yakni tahun 1984-2019 laju peningkatan suhu di Indonesia tercatat sebesar 0,03 derajat celsius per tahun.
Hal tersebut berpengaruh pula pada kejadian cuaca atau hujan ekstrem, iklim ekstrem, ataupun kejadian anomali iklim global seperti La Nina dan El Nino.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring, Minggu (31/1/2021), mengatakan, perubahan tersebut berdasarkan data sejak tahun 1900 serta monitoring iklim oleh BMKG selama lebih dari 70 tahun.
“Tahun 2020 yang lalu merupakan tahun terpanas kedua di sepanjang sejarah,” kata Dwikorita Karnawat.
Dwikorita menambahkan, setelah tahun 2016 anomali +0,80 derajat celsius, hal itu mengungguli tahun 2019 anomalinya +0,60 derajat celsius. Kondisi ini mirip dengan perubahan suhu akibat pemanasan global sebagaimana dilaporkan World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020.
“Perkembangan musim hujan saat ini tidak lepas dari pengaruh dampak perubahan iklim global, juga pengaruh kondisi iklim regional dan kondisi iklim/cuaca setempat (lokal),” sambung Dwikorita.
Sementara Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan bahwa BMKG mencatat perubahan iklim jangka panjang telah terjadi di Indonesia dengan beberapa indikator. Di antaranya, ada tren konsentrasi gas rumah kaca (GRK) yang diukur di udara bersih (background) Indonesia pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global.
“Analisis perubahan suhu udara rata-rata untuk seluruh wilayah Indonesia selama 71 tahun terakhir, yakni 1948 – 2019 menunjukan laju peningkatan suhu sebesar 0,030 derajat celsius/tahun. Berdasarkan data dari 91 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata tahun 2020 adalah 27,30 derajat celsius, lebih panas dibanding normal suhu udara rata-rata periode 1981-2010 yaitu 26,60 derajat celsius,” ungkap Herizal.
Tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua setelah tahun 2016 (anomali + 0,80 derajat celsius), mengungguli tahun 2019 (anomali + 0,60 derajat celsius), seperti yg disampaikan Dwikorita dan mirip dengan perubahan suhu global sebagaimana dilaporkan World Meteorological Organization (WMO) pada awal Desember 2020. (Mochamad Abdurrochim/gg)