MALANG – Insiden kereta larat alias kereta berjalan sendiri tanpa lokomotif bukanlah hal baru. Kejadian seperti ini bahkan disebutkan kerap kali terjadi.
Seperti halnya dikatakan Pengamat Kereta Api di Malang, Tjahjana Indra Kusuma. Artinya, ada sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebabnya.
Seperti faktor elevasi ketinggian misalnya. Faktanya, elevasi ketinggian antar dua stasiun Kota Lama dan Kota Baru ini, ungkap Tjahjana, terbilang ekstrim. Diketahui, Stasiun Kota Baru terletak di ketinggian +444 mdpl. Sementara, Stasiun Kota Lama berada di +429 mdpl.
Baca Juga: Kala Burung Kakaktua Jambul Kuning Hanya Tersisa 25 Ekor di Habitat Asli Mereka
”Jika melihat topografinya, selisih elevasi kedua stasiun ini bisa dibilang ekstrim. Dengan jarak sekitar 2,1 km, itu gradien kelandaiannya sekitar 7/1000. Padahal, syarat maksimalnya 10/1000. Itu sudah mendekati angka kritis,” paparnya, pada Kamis (19/11/2020).
Bisa jadi, kejadian yang terhitung ketiga kalinya ini, dipandang Tjahjana akibat faktor human error. Diduga, proses langsiran antar rangkaian gerbong yang dilakukan di stasiun awal, terlepas. Hingga kemudian, dari faktor elevasi yang ekstrim ini (jalan menurun) dan akhirnya berjalan sendiri.
“Dari banyak faktor, khususnya dari faktor topografi itu harusnya sudah ada antisipasi internal secara SOP. Mungkin koordinasi antar lini saat itu masih kurang. Petugaslah yang jadi kunci, apalagi saat parkir atau proses langsir,” paparnya.
Sementara, pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 8 Surabaya hingga saat ini masih dalam proses penyelidikan terkait penyebab kereta ini berjalan sendiri.
“Belum ada hasilnya, terkait penyebab hingga pola langsiran masih diselediki,” ujar Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Suprapto, di Stasiun Kota Lama.
Terkait faktor elevasi ketinggian antar stasiun, dia juga enggan berkomentar banyak. “Iya itu (+429 meter), adalah letak ketinggian stasiun Malang Kotalama. Di semua stasiun ada,” ujar Suprapto, sambil menunjuk papan informasi ketinggian Stasiun Kota Lama.
Baca Juga: 7 Gerbong Kereta Api Meluncur Sendiri Tanpa Lokomotif hingga Anjlok
Hingga kini, pihaknya masih fokus mengevakuasi dua gerbong anjlok yang masih tersisa. Dalam evakuasi ini, PT KAI Daop 8 Surabaya mendatangkan alat crane langsung dari Solo. Melibatkan 60 personil tenaga teknisi evakuasi sarana dan 20 personil tenaga teknisi jalan rel.
“Beruntung tidak ada korban jiwa dari kejadian ini. Sementara untuk penyebab teknis, kami masih menunggu hasil proses penyelidikan,” ucapnya. (azm/zya)