MOJOKERTO, Tugujatim.id – Ada peristiwa tak biasa pada Opening Ceremony Peringatan Dies Natalis XXV Universitas Islam Majapahit (UNIM) kali ini (09/09/2024). Dr. Rachman Sidharta Arisandi SIP., M.Si, (Cak Sandi) yang beberapa waktu lalu adalah orang nomor satu di Kampus Hijau Panorama ini, hadir bersama isteri, Lina Desriana Pratiwi.
Bedanya, kali ini dia tidak sebagai rektor, tetapi sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bakri Adnan Zain. Tidak menuju podium, tidak memberi sambutan, juga tidak membuka secara resmi rangkaian acara Dies seperti tahun-tahun sebelumnya. Apakah semua itu menjadikan Cak Sandi, panggilan akrab di luar kampus, kikuk? Sama sekali tidak!
Dengan santai dan selalu senyum, memasuki Auditorium Graha Nuswantara, menyapa sivitas akademika, sesekali melayani ajakan swafoto, bersalaman dan duduk berjajar dengan Ketua Yayasan, PLT Rektor dan Pejabat Rektorat UNIM. Sesekali Cak Sandi berbincang serius dilanjut tertawa kecil dengan Dr. Muhamad Nur, SH.M.Si., yang untuk sementara menggantikan posisinya sebagai Pelaksana Tugas Rektor.
Acara demi acara pun diikuti dengan tenang. Mulai dari pembukaan, penampilan pencak silat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne dan Mars UNIM, Pembacan ayat suci Al Qur’an, Laporan Ketua Panitia, Sambutan Ketua Yayasan, Sambutan dan Pembukaan secara resmi oleh Plt. Rektor UNIM, Doa Penutup, Sesi foto bersama, Istighosah berjamaah, hingga ziarah dan tabur bunga di makam Ayahanda, Prof. Dr. H. Machmoed Zain, M.Si, APU, selaku pendiri sekaligus Rektor Pertama UNIM.
Apakah tak tergoda menggalang dukungan dari sivitas akademika UNIM?
“Sejujurnya ada godaan seperti itu. Tetapi itu, menurut saya, tidak akan efektif dan sama sekali tidak profesional”.
Kok bisa? Bukankah masih punya kedudukan sangat strategis?
“Ya pasti tidak efektif, karena semua orang UNIM kan sudah sangat mengenal saya. Kenalnya bukan karena berkampanye atau pencitraan politik, tetapi saya sebagai pribadi, sebagai dosen, dan sebagai rektor. Jadi kalau misalnya saya berkampanye (dalam tanda kutip) sekarang, kan sama saja seperti menggarami lautan. Gak akan ngefek secara khusus”, tutus Cak Sandi dalam obrolan selepas ziarah.
Jadi memang tidak memberi pengarahan khusus terkait pencalonan Cak Sandi?
“Tidaklah. Saya pilih proporsional dan profesional saja. Bukan porsi saya lagi, dan tidak elok, misalnya kalau saya berbicara secara langsung persoalan akademik universitas. Juga boleh dibilang baru saja saya alih profesi, dari akademisi menjadi politisi. Bener lho! Saya juga yang terlambat tahu kalau ada baliho ucapan terimakasih dan doa dari tema-teman. Bagi saya itu mengharukan, sudah membahagiakan. Tinggal mengamini! Ya kan?”, urainya lebih panjang.
Terakhir. Menurut Cak Sandi, apa beda ya antara menjadi pemimpin universitas dengan pemimpin atau pejabat politik?
“Menurut saya pribadi ya?”
Iya, menurut Cak Sandi sendiri.
“Saya sangat terkesan dan terpengaruh oleh ungkapan bahwa pemimpin itu melakukan apa-apa yang baik, dengan cara yang baik, dan memberikan pengaruh baik pula. Jadi ringkasnya, siapa pun kita, apa pun kedudukan dan jabatan kita, asalkan memberikan pengaruh baik kepada orang lain, adalah seorang pemimpin. Wartawan juga pemimpin, asalkan berita dan tulisan-tulisannya memberi pengaruh baik. Itulah mengapa saya termasuk yang mengakui bahwa kritik pun diperlukan sebagai cara memberi pengaruh baik kepada pemerintah. Sudah ya? Saya ada janji mau sowan Pak Kapolresta”, pungkas Cak Sandi berpamitan.
Bergegas Cak Sandi yang belakangan tampak lebih ramping, bersalaman dan menuju ke mobilnya diikuti oleh Mbak Lina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Darmadi Sasongko