MALANG, Tugujatim.id – Komitmen Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) untuk mencetak tenaga pendidik berkualitas terwujud melalui rangkaian program hibah. Bahkan, mereka menyasar PGSD Unikama untuk memperkuat wawasan melalui forum diskusi bertajuk “Penguatan Pendampingan Siswa dan Stakeholder ABK pada Mahasiswa PGSD Unikama” di Auditorium Unikama, Jumat (09/12/2022).
Penguatan ini dilakukan karena guru berperan strategis dalam mewujudkan penerapan pendidikan inklusi dan pembelajaran diferensiasi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Program-program hibah itu di antaranya Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM), Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unikama. Mereka merealisasikannya dengan menggandeng Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kota dan Kabupaten Malang.

Forum diskusi PGSD Unikama ini bertujuan untuk mengupas tantangan calon guru ke depannya. Terutama dalam mendukung pendidikan inklusi yang berkelanjutan.
“Guru PGSD didapatkan tidak hanya pada tantangan mendidik, tapi juga keterampilan yang mengarah pada era 5.0. Bagaimana bisa mengimplementasikan pengalaman dan pengetahuan di tempat kerja (sekolah),” ujar Kepala Prodi (Kaprodi) PGSD Unikama Dr Cicilia Ika Rahayu Nita MPd.
Menurut Cicilia, dalam kegiatan ini 100 mahasiswa PGSD dari angkatan 2019 hingga 2022 yang dilibatkan mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Selain dosen, ada pula praktisi yang dihadirkan sebagai narasumber serta orang tua siswa pendamping ABK.
“Mereka kami minta sharing bersama untuk menguatkan mahasiswa kami. Bagaimana menghadapi anak-anak, pendampingannya seperti apa sampai mengeksplorasi (potensi) bagaimana,” terangnya.
Cicilia berharap mahasiswa PGSD Unikama tidak hanya paham konseptual, tapi juga praktik dan pengalaman. Jadi, mereka akan mempunyai inovasi ketika dihadapkan dengan persoalan tersebut.
“Saat praktik, kategori ABK itu macamnya banyak sekali dan penangannya berbeda. Karena itu tidak cukup pada teori dan konsep, tapi harus dihadapkan langsung dengan pendekatan emosional,” imbuhnya.
Sementara itu, Dekan FIP Unikama Dr Tri Wahyudianto SPd MSi menuturkan, forum diskusi ini merupakan wujud sinergitas terkait kebutuhan penerapan pendidikan inklusi yang berkelanjutan.
“Sebagai guru, mereka harus bisa memberikan pelayanan terbaik pada perkembangan potensi peserta didik ke arah optimal, terlepas dari pribadi anak didik yang ada di sekolah itu,” tuturnya.
Dia berharap kegiatan ini mampu memberikan pengalaman berharga, utamanya bagi para mahasiswa yang ke depannya dapat dimanfaatkan.
“Karena Anda (mahasiswa) nanti di luar sana akan menghadapi semua pendidikan kita. Baik pendidikan inklusi maupun diferensiasi. Layanan profesional kami akan berhadapan dengan ini semua. Ini adalah tantangan tersendiri,” ujarnya. (adv)