Tugujatim.id – Bisakah seorang perwira militer sukses memimpin sektor pangan? Pertanyaan ini mencuat ketika Mayjen TNI Novi Helmy Prasetya ditunjuk sebagai Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog. Dengan latar belakang militer yang kuat dan pengalaman bertahun-tahun di TNI, perjalanannya menuju kursi kepemimpinan Bulog menjadi topik menarik yang banyak diperbincangkan.
Perjalanan Karier di TNI
Novi Helmy Prasetya lahir pada 10 November 1971 di Bangkalan, Jawa Timur. Ia mengawali karier militernya setelah lulus dari Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1993. Sejak itu, ia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam bidang strategi dan kepemimpinan.
Sebagian besar perjalanan militernya dihabiskan di satuan elit Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dalam lingkungan yang menuntut disiplin tinggi dan ketahanan luar biasa, Novi Helmy membangun reputasi sebagai prajurit tangguh.
Kariernya terus menanjak hingga ia menduduki berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Asisten Teritorial Panglima TNI. Puncak karier militernya sebelum memasuki dunia sipil adalah saat ia diangkat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI pada awal 2025.
Baca Juga : Heboh! KSAD Sebut Novi Helmy Prasetya Sudah Bukan Tentara, Ada Apa?
Perjalanan Menuju Bulog
Penunjukan Novi Helmy sebagai Dirut Bulog diumumkan melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-30/MBU/02/2025 pada 7 Februari 2025. Keputusan ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai kelayakannya dalam memimpin perusahaan yang bertanggung jawab atas ketahanan pangan nasional.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Harianto, menjelaskan bahwa jabatan Dirut Bulog setara dengan perwira tinggi bintang tiga atau Letnan Jenderal (Letjen). Oleh karena itu, sebelum menduduki posisi tersebut, Novi Helmy terlebih dahulu diangkat sebagai Danjen Akademi TNI untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat menjadi Letjen. Setelah resmi menjabat, ia pun tidak lagi aktif di lingkungan militer.
Tantangan Besar di Dunia Pangan
Sebagai pemimpin baru Bulog, Novi Helmy dihadapkan pada berbagai tantangan berat. Bulog memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pangan di Indonesia, terutama beras. Persoalan seperti impor beras, fluktuasi harga pangan, dan tata kelola logistik menjadi isu yang harus segera diatasi.
Keberhasilannya dalam menjalankan tugas ini akan menjadi tolok ukur apakah disiplin dan strategi militer bisa diterapkan secara efektif dalam sektor pangan. Mampukah Novi Helmy membawa gebrakan baru di Bulog? Publik menantikan inovasi dan kebijakan yang akan diambilnya untuk memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer : Wiaam Rifqi Abror