MALANG, Tugujatim.id – Jika Anda tengah berkunjung atau berwisata ke Malang, maka sepatutnya Anda menikmati kuliner legendaris Puthu Lanang. Tak hanya rasanya yang lezat, kue putu di tempat ini juga tak pernah sepi sejak awal berdiri tahun 1935 silam. Karena kesuksesan dalam mempertahankan rasa selama 85 tahun lebih, banyak pembeli baik dari dalam maupun luar kota yang berkunjung ke sini
Siswoyo, generasi kedua penerus Puthu Lanang mengatakan awal berjualan, pihaknya hanya menjual putu saja. Namun, seiring berjalannya waktu, variannya kian bertambah. Ada klepon, lupis hingga cenil. Untuk diketahui, makanan putu sendiri adalah makanan yang terbuat dari tepung beras ketan, dan di tengahnya diberi gula merah, sedang bagian luar ditaburi dengan parutan kelapa.
“Kami juga sering menerima pesanan tumpeng jajanan pasar harganya mulai Rp150.000. Untuk tumpeng jenis jajanannya klepon, lupis, cenil, tiwul, gatot, dan bledus. Kalau puthu hanya ada malam saja,” ujarnya.
Ya, mempertahankan konsistensi rasa dan kualitas bahan Puthu Lanang sangat penting untuk menjaga respon pelanggan dan bekal untuk bertahan di tengah persaingan yang makin ketat.
Prinsipnya, lanjut Siswoyo, saat mau menjual produk, pembeli harus mau mengkonsumsi karena yakin bahwa produknya enak, bersih, aman dikonsumsi, sebab dibuat dari bahan baku berkualitas. Sehingga mau membeli lagi dan lagi.
“Ini yang membuat Puthu Lanang tetap terjaga kualitas dan cita rasanya sampai sekarang,” imbuhnya
Sejatinya, putu adalah salah satu jajanan pasar yang identik dengan warna hijau lantaran terbuat dari tepung beras, dengan isian gula aren dan topping parutan kelapa di atasnya.
Memasaknya pun masih tradisional dengan cara dimasukkan dalam bambu dan kemudian diletakkan di atas kukusan.
Selanjutnya, tiap porsi jajanan akan dibungkus dengan daun pisang, seolah menambah aroma sedap di jajanan pasar yang baru saja matang tersebut.
Fatimah, 23, salah satu pembeli asal Tulungagung ini mengaku langsung terpikat tepat digigitan pertama memakan putu ini.
“Rasanya itu beda sama putu-putu lainnya. Seumur-umur, baru ini makan kue putu yang enak, lembut banget tepung berasnya. Gula arennya juga ngga pelit jadi, rasanya nikmat banget,” jelasnya
Hanya saja, saking ramainya pesanan, sambungnya, pembeli harus ekstra sabar menunggu.
Sebagai informasi, Puthu Lanang buka setiap hari pukul 17.00-21.00 WIB, namun tak jarang juga dagangan sudah ludes terjual sebelum pukul 21.00 WIB. Seporsi jajanan juga dijual dengan harga terjangkau, hanya Rp10.000 saja per porsi.
Puthu Lanang yang dijajakan di sebuah gang buntu di Kawasan Jalan Jaksa Agung Suprapto
Puthu Lanang nyatanya tidak hanya digemari oleh masyarakat Malang, mantan Presiden Soeharto pun pernah mengundang Siswoyo langsung ke kediamannya untuk membuatkannya kue putu.
“Dua kali saya ke Cendana membuatkan pesanan langsung dari Pak Harto sekitar tahun 1980-an,” tandasnya.
Selain itu banyak orang Belanda dan Jepang yang dulu pernah di Malang juga menggemari Puthu Lanang ini.
“Ibu saya juga fasih Bahasa Jepang dan lainnya sehingga bisa berkomunikasi dengan lancar dengan mereka,” sambungnya. (fen/gg)