Bisnis  

Roasting Biji Kopi dengan Pasir Laut, Kopi Mbah Dok Laris Manis

Bubuk Kopi Mbah Dok produksi Suliqkayatun, warga Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban. Foto: Rochim/Tugu Jatim

TUBAN, Tugujatim.id – Hal unik dilakukan salah satu rumah produksi kopi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kopi robusta dengan merek Mbah Dok itu punya cara unik dalam me-roasting biji kopi, yakni menggunakan pasir laut.

Roasting sendiri merupakan proses pemanggangan atau sangrai biji kopi yang masih mentah. Pada dasarnya, roasting adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya, dan memberikan aroma pada kopi.

Pemilik rumah produksi Mbah Dok, Suliqkayatun (53) mengatakan bahwa pasir laut menghasilkan panas yang lebih cepat. Selain itu, hasilnya merata dan warnanya berbeda. “Lebih cantik pakai pasir laut,” ujarnya, pada Rabu (1/2/2023).

biji kopi tugu jatim
Suliqkayatun mengemas Kopi Mbah Dok. Foto: Rochim/Tugu Jatim

Tak hanya itu, stok pasir laut juga melimpah karena rumah produksi Mbah Dok dekat dengan bibir pantai. Sehingga warga Desa Sawir, Kecamatan Tambakboyo, Tuban, itu tak kesulitan mencari pasir laut.

Sebelum menemukan metode roasting dengan pasir laut, Suliqkayatun pernah mencoba metode lain. “Sebelumnya pernah gunakan alat kuwalih tanah. Kalau secara rasa enak. Cuma untuk ketahanan alatnya yang dibeli dua hari sekali, tentunya akan berdampak pada biaya operasional,” terangnya.

Selain itu, Suliqkayatun juga pernah menggunakan alat roasting drum besar. “Benar warnanya cantik, tapi berpengaruh sama rasanya. Pelanggan banyak tidak suka dengan hasil penggorengan ini,” jelasnya.

biji kopi tugu jatim
Suliqkayatun menunjukkan Kopi Mbah Dok hasil produksinya. Foto: Rochim/Tugu Jatim

Iapun memutuskan kembali menggunakan penggorengan manual berupa wajan logam dengan media pasir pantai hingga saat ini.

Suliqkayatun merintis Mbah Dok sejak 1999. Ia mendapatkan resep pembuatan bubuk kopi secara turun-temurun dari orang tuanya. “Awal mulai merintis usaha kopi ini pada 1999 kemudian mencoba produksi rumahan di 2002, baru 2005 memberanikan diri untuk memasarkan ke pasar Glondonggede, Kecamatan Tambakboyo,” kenangnya.

Kini, dengan bantuan dua tetangganya, Mbah Dok bisa memproduksi sekitar 20 kg kopi per hari . “Terkadang juga lebih dari itu, tergantung dari permintaan. Kalau ada permintaan banyak, baru minta bantuan,” jelasnya.

Harga yang dibanderol berkisar Rp9 ribu untuk kemasan 100 gram, Rp12 ribu kemasan 150 gram, Rp 20ribu kemasan 250 gram, Rp40 ribu kemasan 500 gram, dan Rp60 ribu kemasan 1 kg. “Ini (kemasan 1 kg) yang ramai diminati pelanggan,” ujarnya.

Pemasaran Mbah Dok telah menyebar ke beberapa wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, hingga Kalimantan.