MALANG – Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini terus melemah. Bahkan kurs mencapai Rp 16.273 per dolar AS.
Kepala Kantor Perwakilan BI Malang Azka Subhan Aminurridho menilai, lemahnya nilai tukar rupiah terdapat dua pemahaman yaitu fixed rate dan efektif rate tentang suku bunga KPR.
“Dalam keadaan seperti ini bisa jadi fixed rate dengan bunga tetap bagaimanapun kondisi ekonomi. Kalau efektif itu mengikuti kondisi pasar,” terang Azka.
Namun, jika suku bunga kredit mengikuti kondisi pasar, maka suku bunga pada KPR dapat berubah naik maupun turun. Kebijakan terkait dengan naiknya suku bunga sesuai dengan kondisi bank masing-masing.
“Tidak bisa dipukul rata ya kalau seperti ini. Dalam kondisi gejolak nilai tukar bank bisa menyesuaikan suku bunganya. Baik itu dengan tidak menaikkan suku bunga maupun berpotensi menaikkan suku bunga,” ucap Azka.
Saat ini, kredit KPR rumah tangga yang ada di wilayah Malang Raya sebesar Rp 7,95 triliun per bulan Februari 2020. Jumlah tersebut merupakan 20.65 persen dari total kredit rumah tangga dan 15.34 persen keseluruhan total kredit di Malang Raya.
Azka menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah juga bisa memberi dampak pada sektor industri terlebih mereka yang mengandalkan bahan baku dari luar negeri.
“Melemahnya nilai tukar rupiah ini bisa mempengaruhi beberapa sektor. Salah satu nya industri karena mereka bahan baku untuk produksi import tapi pasarnya di dalam negri,” beber Azka.
Sementara itu, melemahnya nilai rupiah juga bisa berdampak tehadap naiknya harga barang di pasaran. Pasalnya, kebutuhan impor masih besar bagi industri yang membeli bahan baku dari luar negeri.
“Industri bahan baku beberapa masih impor sehingga harga-harga lebih mahal,” tandas Azka.
Reporter: Rezza Doa
Editor: Lizya Kristanti