Tugujatim.id – Lembaga khusus Falakiyah atau Bidang Astronomi awalnya tidak dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU) pada awal-awal berdiri. Meski demikian, upaya ikhbar Ramadan (pengumuan Ramadan) telah dilakukan di antaranya lewat majalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO).
Founder Komunitas Pegon Banyuwangi, Ayung Notonegoro mengatakan, majalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) nomor 6 tahun I, Rabiul Awal 1346 Hijriah yang memuat jadwal imsakiyah Ramadan 1346 Hijriah dan diawali dengan penjelasan seputar hasil rukyatul hilal.
BACA JUGA: Sekilas Tentang KH Nawawi, Sosok Kiai Heroik Asal Mojokerto
Dari hasil rukyah yang dilakukan pada 29 Syaban 1346 Hijriah atau 21 Februari 1928 Masehi, hilal dinyatakan tidak tampak. Oleh sebab itu, bulan Sya’ban kemudian disempurnakan menjadi 30 hari dan puasa dimulai hari Kamis yang bertepatan dengan tanggal 23 Februari.
“Begitu pula ikhbar akhir Ramadan 1346 Hijriah juga diumumkan dalam Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) nomor 8 tahun I, Rajab 1346 Hijriah. Setelah dilakukan rukyatul hilal, awal Syawal jatuh pada 23 Maret 1928 Masehi. Puasa hanya berlangsung selama 29 hari seperti telah diprediksi (hisab) pada pengumuman yang awal di edisi sebelumnya,” terang Ayung, Selasa (04/03/2025).
Hisab dan Rukyah Dilakukan Riyadlatut Thalabah Jombang
Namun, dua ikhbar tersebut ternyata tidak dilakukan langsung oleh Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO/sebutan PBNU pada masa kolonial). Upaya ikhbar tersebut merupakan hasil hisab dan rukyah yang dilakukan oleh organisasi bernama Riyadlatut Thalabah Jombang.
Riyadlatut Thalabah merupakan organisasi (jam’iyah) yang berada di Seblak, Kwaron, Jombang. Dalam majalah SNO nomor 2 tahun I, Safar 1346 Hijriah, dikabarkan tentang pendirian jam’iyah tersebut.
“Kantor Swara Nahdlatoel Oelama terami khabar ing Kwaron, Jombang kawontenaken perkempalanipun para murid-murid pondok. Perlu hangerembak pinten-pinten masail kang perlu kerembak. Wahu perkempalan dipun namini Riyadlatut Thalabah,” sambung Ayung yang mengutip dari sumber aslinya.
BACA JUGA: KH Achyat Halimi, Sosok Kiai Mojokerto Peduli Pendidikan dan Kesehatan
Perkumpulan tersebut awalnya berisikan 18 orang dengan KH. Maksum bin Ali, Seblak, Kwaron, Jombang selaku ketua. Sementara, Abdullah Syathari sebagai wakil ketua dibantu oleh sejumlah pengurus yakni, Ahmad Dawam, Ahmad Sahal, Haji Mahfudz dan Abdul Jalil. Selain itu, terdapat nama Ahmad bin Bajuri selaku Rais Lajnah al-Iftirahat.
Anggota jam’iyah tersebut yang tercatat adalah Ahmad Wildan bin Hasan, Abdul Karim bin Musthafa, Thahir bin Muhammad Rawi, Shulhan bin Ramli, Ustman bin Isa, Yasin bin Umar, Haji Thohir bin Nawawi, Syamsul Huda bin Haji Imam, Haji Jazuli bin Ustman, Hasbullah bin Salim, dan Haji Abdurrahman bin Syansuri.
BACA JUGA: Pencipta Sholawat Badar KH Ali Manshur Shiddiq Terima Anugerah Tanda Kehormatan dari Presiden Joko Widodo
KH Maksum bin Ali sendiri merupakan anak menantu dari KH Hasyim Asy’ari. Kiai Maksum sendiri dikenal sebagai salah seorang ahli falak (astronomi). Hal ini bisa dilihat dari karya dua buah kitab tentang ilmu falak dari tangan KH Maksum.
“Kitab Ad-Durusu-l-Falakiyah pertama kali diterbitkan oleh Salim Nabhan Surabaya pada 1375 Hijriah dalam tiga jilid. Ada pula kitab Badiatu-l-Mitsal yang khusus membahas tentang penentuan awal bulan dengan berbagai sistem kalender dan perhitungannya,” ungkap Ayung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Penulis : Hanif Nanda Zakaria
Editor: Darmadi Sasongko