MOJOKERTO, Tugujatim.id – Perbincangan sosok kiai di Mojokerto tidak pernah lepas dari nama KH Achyat Halimi. Kiai kelahiran 1918 tersebut akrab disapa dengan sebutan Abah Yat. Selain itu, KH Achyat Halimi juga dikenal sebagai tokoh penting di balik melimpahnya aset NU di Mojokerto.
Isno Woeng Sayun dalam bukunya berjudul Biografi Kiai Mojokerto menulis, sumbangsih KH Achyat Halimi banyak mewujud dalam lembaga seperti pesantren, rumah sakit, sekolah, yayasan dan lain-lain. “Banyak juga mendidik santri-santri yang banyak menjadi tokoh penting dan berpengaruh di Mojokerto dan sekitarnya,” tulis Isno seperti ditulis dalam bukunya, Selasa (01/10/2024).
Kepedulian KH Achyat Halimi akan nasib masyarakat berangkat dari penderitaan rakyat yang berlarut akibat perang pasca Indonesia merdeka. Kala itu, tata kelola pengadaan bahan pokok dari pemerintah belum berpihak pada petani kecil.
“Beliau (KH Achyat Halimi) lalu mendirikan Sarikat Tani Islam Indonesia (STII) dan mendapuk H. Husain Abdul Gani sebagai Ketua dengan dibantu beberapa orang dari kalangan pengusaha seperti Mahfudz Barnawi, Thoyib Rusman, Karomain, Abdul Hamid, Abdullah Sumadi dan Said,” terang Isno.
Pasca STII terbentuk, KH Achyat Halimi melakukan pendekatan dengan Bupati Mojokerto kala itu. Hasilnya, STII melakukan pembelian padi secara langsung kepada petani. Selain petani mendapat harga tinggi ketimbang harga dari tengkulak, STII juga mendapat premi dari pemerintah.
“Hasil premi tersebut kemudian digunakan untuk biaya operasional. Dari dana premi juga KH Achyat Halimi membeli gedung di Jl Poerwotengah (sekarang Jl Taman Siswa). Tanah dan bangunan tersebut kemudian diwakafkan untuk keperluan umat Islam dan diberi nama Balai Muslimin,” imbuh Isno.
Tak hanya itu, KH Achyat Halimi juga merintis pendirian pesantren. Pesantren yang berawal dari kuliah subuh rutin ini menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Sabilul Muttaqin pada 29 April 1964 silam.
“Abah Yat (KH Achyat Halimi) juga menunjukkan kepedulian bagi kaum duafa. Lewat pendirian yayasan panti asuhan dan yatim piatu bernama Yayasan Al Ikhlas di Jl Brawijaya 76 Mojokerto. Yayasan itu didirikan bersama beberapa orang seperti Supaji Effendi, H.A Marzuki dan Abdul Halim Hasyim,” tandas Isno.
Pendirian sekolah formal juga menjadi perhatian Abah Yat. Seperti dirintisnya Sekolah Menengah Islam pada tahun 1952. Lalu, pendirian Madrasah Muallimin Nahdlatul Ulama (MMNU) pada 1961. Lalu pada 1968, MMNU ini kemudian berubah menjadi SMP Islam Brawijaya hingga kini. Kemudian, pada tahun 1978, Abah Yat mendirikan lembaga pendidikan tingkat menengah atas yakni SMA Islam Brawijaya di Jl Raya Surodinawan.
Abah Yat juga memunculkan ide pendirian rumah sakit. Hal ini disambut oleh Muslimat NU setempat dengan mendirikan klinik kesehatan Baitun Najah, sedangkan GP Ansor setempat melakukan penggalangan dana untuk pendirian rumah sakit. Lalu, pada 1990, Rumah Sakit Islam Sakinah resmi berdiri dan mulai beroperasi pada 2 Oktober 1990.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Hanif Nanda Zakaria
Editor: Darmadi Sasongko