Tugujatim.id – Tahun baru dalam kalender China atau juga dikenal sebagai perayaan tahun baru Imlek merupakan momen yang sangat penting bagi masyarakat etnis Tionghoa. Di balik hiasan hari raya Imlek yang meriah, ternyata sejarah Imlek serta legenda yang tak kalah menarik untuk dikulik.
Untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2024, Tugujatim.id telah merangkum sejarah serta tradisi perayaan Imlek dalam artikel di bawah ini. Bagi Anda yang penasaran, simak artikelnya di bawah ini, ya!
Sejarah Imlek, Ada Sejak 3500 Tahun Lalu
Berlangsungnya Imlek atau Tahun Baru China diyakini bermula pada zaman Dinasti Shang, yakni pada 1600-1046 Sebelum Masehi (SM), atau sekitar 3500 tahun silam. Di zaman itu, orang-orang mengadakan upacara pengorbanan sebagai bentuk penghormatan bagi dewa dan leluhur yang dilakukan setiap awal serta akhir tahun.
Peristiwa tersebut juga menjadi ritual untuk mempersembahkan korban kepada leluhur atau dewa, sekaligus menyembah alam sambil memberkati hasil panen pada pergantian tahun. Tahun Baru Imlek juga dikenal dengan Festival Musim Semi oleh orang-orang Tionghoa.
Sementara itu, istilah Nian (raksasa pemakan manusia) pertama kali muncul pada saat kekuasaan Dinasti Zhou (1046-256 SM). Sedangkan tanggal festival, hari pertama dan bulan pertama dalam kalender lunar China ditetapkan pada masa Dinasti Han (202 SM – 220 M). Rangkaian kegiatan perayaannya pun menjadi kian populer.
Kemudian, orang-orang Dinasti Wei dan Jin (220-420 M) mulai memiliki kebiasaan untuk menghibur diri. Selain menyembah dewa dan leluhur, masyarakat mulai berkumpul bersama dengan keluarga untuk membersihkan rumah, makan malam, dan begadang di Malam Tahun Baru.
Setelah itu, adanya kemakmuran ekonomi dan budaya selama Dinasti Tang, Song dan Qing mempercepat perkembangan dari perayaan Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek ini.
Legenda Imlek dan Mitos Dibalik Tradisi Bernuansa Serba Merah
Terdapat legenda yang sangat populer di balik perayaan Imlek yang menceritakan tentang satu makhluk bernama Nián (年) yang hidup di zaman China kuno.
Ia adalah seekor raksasa pemakan manusia yang berasal dari pegunungan (dalam ragam hikayat lain ada yang menyebut dari bawah laut). Ia akan muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, dan bahkan memakan para penduduk desa.
Dipercaya, para penduduk menaruh makanan di depan pintu rumah mereka sehingga Nian akan melahap makanan tersebut daripada memakan hasil panen,ternak, dan warga desa. Mereka pun menggunakan cara ini untuk melindungi diri dari raksasa itu.
Namun pada suatu hari, penduduk melihat Nian ketakutan hingga berlari saat melihat seorang anak kecil berpakaian merah. Sejak saat itu, Nian tidak pernah terlihat datang lagi ke desa. Ia kemudian ditangkap oleh Nian pada akhirnya ditangkap oleh dewa Taoisme dalam kisah Fengshen Yanyi, yaitu Hongjun Laozu, dan dijadikan kendaraannya.
Orang-orang pun percaya kalau Nian takut dengan warna merah. Akhirnya, setiap tahun baru tiba, para penduduk akan beramai-ramai menggantungkan lentera dan gulungan kertas berwarna merah di jendela dan pintu. Mereka juga menyalakan petasan dan kembang api untuk menakuti Nian. Seiring berjalannya waktu, serangkaian adat pengusiran Nian ini pun berkembang menjadi perayaan tahun baru Imlek.
Sejarah Imlek di Indonesia
Umumnya, perayaan Imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama dalam penanggalan Tionghoa, dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15 atau pada saat bulan purnama. Malam tahun baru imlek dikenal sebagai malam pergantian tahun atau Chúxī (除夕).
Di Indonesia sendiri, satu hari sebelum atau pada saat Hari Raya Imlek, warga Indonesia keturunan Tionghoa harus melaksanakan pemujaan kepada leluhur.
Pemujaan tersebut dilakukan seperti upacara kematian, memelihara meja abu atau lingwei (papan kayu bertuliskan nama dari leluhur yang telah meninggal), serta bersembahyang leluhur seperti yang dilakukan pada Hari Ceng Beng (hari khusus untuk berziarah dan membersihkan kuburan leluhur).
Sejarah imlek di Indonesia mencatat peristiwa tahun 1968 sampai 1999, dimana perayaan Tahun Baru Imlek sempat dilarang dirayakan di depan umum. Peraturan ini tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang saat itu merupakan era rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada masa itu, pemerintah melarang segala hal yang berbau Tionghoa untuk dirayakan secara terbuka, di antaranya adalah perayaan Imlek.
Saat itu, masyarakat hanya diperkenankan merayakan Imlek secara tertutup bersama keluarga saja. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia baru bisa kembali merayakan tahun baru Imlek secara lebih terbuka lagi pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14/1967.
Kemudian pada tahun 2003, Imlek resmi ditetapkan sebagai salah satu hari libur nasional lewat Keputusan Presiden Nomor 19/2002 yang dikeluarkan oleh Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri. Hingga kini, perayaan Imlek dapat dirayakan secara terbuka di depan umum.
Begitulah sejarah imlek dan legenda di balik perayaan Imlek yang telah berlangsung dari dulu hingga sekarang. Selamat menyambut Tahun Baru China 2024 bagi Anda yang merayakan. Xīnnián kuàilè!
Writer: Shinta Alifia
Editor: Imam A. Hanifah